Stigma Suku Cadang Motor Copotan Hasil Curian, Benarkah?
- Arianti Widya
Bogor, VIVA – Suku cadang bekas motor ini masih menjadi pilihan banyak orang karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan membeli baru atau asli.
Bagi sebagian pengguna motor, membeli suku cadang bekas bisa menjadi solusi yang lebih ekonomis.
Kendati demikian, pembelian suku cadang bekas ini kerap dihadapkan pada stigma negatif, yakni onderdil motor tersebut merupakan hasil curian.
Stigma ini muncul karena banyak kasus di mana sepeda motor yang dicuri dibongkar dan dijual per bagian di pasar suku cadang bekas.
Jahul, sebagai seorang pedagang spare part (suku cadang) copotan di Sasak Panjang, Bogor ini tidak memungkiri bahwa stigma komponen motor copotan memang ada.
"Iya ada banyak yang berfikiran kayak gitu, tapi sebenarnya di Sasak Panjang sendiri nggak ada yang kayak gitu hasil curian atau apalah itu," ujarnya saat ditemui VIVA di Bogor.
Menurutnya, di wilayah Sasak Panjang sendiri sudah ada penertiban dari pemerintah setempat.
"Kita disini itu sudah ditertibkan oleh ketua lingkungan, ketua RT, ketua RW, jadi tidak boleh ada yang begitu-begitu (hasil curian). Misal ternyata disini (pedagang onderdil bekas) ada yang bermasalah, itu tidak akan ditolongin. Kalau masih mau nakal, tidak dicover," jelasnya.
Jahul pun menuturkan bahwa memang ada saja oknum-oknum yang memang menjual suku cadang bekas melalui hasil yang tidak benar. Hal tersebut yang membuat stigma buruk pun mulai bermunculan.
"Itu kan sebenarnya mungkin dilakukan oleh satu atau dua orang (oknum), tapi penjual lain juga kena imbasnya," tutur Jahul.
Ia mengatakan bahwa sparepart bekas motor yang dijual ini merupakan hasil dari orang yang menjual motornya yang sudah rusak atau barang-barang limbah dari diler resmi.
"Kita dapat barang-barang ini kan sebenarnya dari ada aja orang yang jual motornya yang sudah rusak, gamau dibenerin jadi dijual saja," katanya.
Ia menambahkan, "Terus juga kita dapat barang-barang ini kan dari limbah diler resmi motor Honda atau Yamaha gitu, yang sudah tidak terpakai atau ada kerusakan ya biasanya dikasih ke kita untuk dijual,"
Lebih lanjut, Jahul mengungkapkan bahwa sebenarnya pihaknya sudah tidak peduli dengan stigma tersebut karena hal ini sudah berlangsung lama.
"Perihal nama baik, memang sudah buruk ya tidak bisa diapa-apakan lagi. Orang taunya kita jualan suku cadang bekas hasil curian, padahal enggak. Ya, sudah di tahap menerima dipandang seperti itu," tutupnya.