Ternyata Sering Ganti Oli Mesin Motor Beda Merek Itu Bahaya
- Istimewa
VIVA – Sepertinya tidak sedikit pemilik sepeda motor yang mengganti oli mesin sepeda motornya, dengan merek yang berbeda. Pasalnya kondisi tersebut disebabkan, stok oli mesin di bengkel habis atau lainnya.
Meski telah menjadi kebiasaan umum, namun menggonta-ganti merek pelumas untuk kendaraan ternyata bisa berakibat fatal. Bahkan, jika dilakukan terus-terusan, bukan tak mungkin mesin mengalami kerusakan. Lantas, bagaimana Federal Oil melihat hal tersebut?
Techninal Trainer PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Federal Oil), Nurudin mengatakan, dalam kondisi terdesak, mengganti merek oli sebenarnya diperbolehkan. Namun, jika itu dilakukan hanya untuk coba-coba dan terlalu sering, maka pemilik kendaraan harus menanggung risikonya.
“Benar bahwa enggak disarankan menggonta-ganti merek oli untuk kendaraan. Sebab, meski base oil dan aditifnya mungkin sama, tapi setiap merek punya komposisi berbeda-beda,” ujar Nurudin pada program Ngovsan bersama Forwot, dikutip VIVA Otomotif Jumat 5 2021.
Lebih jauh, dia menjelaskan, kebiasaan menggonta-ganti merek oli setiap bulan bisa memicu terjadinya kerusakan mesin. Sebab, kandungan yang tak tercampur sempurna bisa mengakibatkan gumpalan pada pelumas.
“Jadi kalau ganti oli kan gak dikuras sampai benar-benar habis, masih ada sisa sedikit di komponen mesin. Nah, sisa itu yang gak bisa bercampur sama merek baru, makanya bisa sampai ada gumpalan,” terangnya.
Berkaca dari kenyataan tersebut, Nurudin meminta pemilik kendaraan setia terhadap satu merek saja, alias tidak penasaran dengan produk-produk dari pabrikan lain.
“Kalau terdesak, sekali-kali enggak apa-apa. Tapi jangan keseringan, apalagi setiap bulan,” tegasnya.
Selain gonta-ganti merek pelumas, Nurudin juga mengingatkan pentingnya memperbarui oli secara rutin. Menurut dia, oli kendaraan bermotor idealnya diganti setelah menempuh 2 ribu kilometer atau penggunaan selama dua bulan.
“Jadi, itu (pergantian oli motor) tinggal mengikuti, mana yang sekiranya lebih dulu. Jarak atau waktu,” pungkas Nurudin.