Tak Disangka, Ternyata Sri Sultan HB X Pernah Koleksi Motor China
VIVA – Motor China sempat menyerbu Indonesia pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an, kalangan masyarakat ada yang menyebutnya Mocin ada juga yang memanggilnya Mona, keduanya singkatan dari motor China.
Kala itu, ada puluhan merek motor china baik hasil produksi pabrik, maupun industri rumahan china yang menyerbu Indonesia. Uniknya, kala itu setiap daerah ternyata punya jagoannya sendiri-sendiri.
Seperti contoh, di Solo motor china yang banyak beredar adalah Jialing dan Dayang. Di Yogyakarta ada Daiheiyo, sementara di Jawa Timur ada Happy. Ada pula Zhongzen, Kanzen, Loncini, Viar, KTM, Sanex, Qingqi, Bosowa (Motor Korea) dan lain-lain.
Kebanyakan platform yang digunakan kebanyakan memakai mesin C100, mesin tersebut pada saat itu dianggap irit bahan bakar dan suaranya halus. Sementara bodinya kebanyakan mengacu pada Honda Supra yang ketika itu memang laku di pasar nasional.
Karena laku, sehingga Honda Supra kala itu populer jadi enggak heran jika kemudian banyak mocin yang kemudian menciptakan kloningan Supra, desainnya yang dibikin sama persis dengan moped low-end tersebut.
Hal itu menjadi senjata ampuh yang dapat membuat motor china, kala itu jadi alternatif pilihan yang tepat untuk memiliki motor dengan harga yang murah.
Uniknya, tak disangka Sri Sultan Hamengkubuwono X pun ternyata pernah kepincut motor China. Buktinya menurut data dari Laporan Harta Kekayaan Peyelenggara Negara (LHKPN), yang dilansir dari laman resmi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sri Sultan memiliki dua unit motor China.
Pertama Jialing, sayangnya dari data LHKPN tidak disebutkan model dan tipe motornya. Tapi Jialing pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1998 di Indonesia, kualitas Jialing memang berbeda dengan mocin lainnya.
Karena Jialing merupakan perusahaan milik negara alias BUMN-nya Tiongkok yang bergerak di bidang otomotif, jadi Jialing bukan perusahaan atau pabrikan motor kecil atau rumahan yang dulu menyerbu Indonesia melalui produk-produknya. Apalagi konon, dahulu investasi yang dilakukan Jialing porsinya 50:50 (China dan Indonesia).
Motor cina yang kedua adalah Daiheiyo, namanya memang tidak setenar Jialing, tapi ternyata Daiheiyo ini di Yogyakarta punya main dealer, dulu alamatnya di Jl Katamso.
Menariknya ada seorang mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta yang membuat karya ilmiah yang judulnya 'Sikap Konsumen Terhadap Sepeda Motor Cina di Daiheiyo di Main Dealer Jl katamso Yogyakarta'
Dari penelitian tersebut didapat data, ternyata pembeli mocin Daiheiyo yang dimiliki juga oleh Gubernur Yogyakarta ini kebanyakan wanita berusia 35 tahun hingga 45 tahun.
Dengan latar belakang pendidikan terakhir SLTA, yang bekerja sebagai wiraswasta, dengan penghasilan kala itu sekitar Rp1 juta hingga Rp1,250 juta. Sementara hal yang mempengaruhi konsumen, dalam melakukan pembelian mocin Daiheiyo adalah kualitas.