Alasan Logis Mengapa Motor dan Mobil Nasional Mirip Buatan China

Presiden Jokowi menjajal mobil Esemka Bima
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Sejak beberapa tahun terakhir, industri otomotif nasional mulai mengalami pertumbuhan. Karuan saja, belakangan mulai banyak kendaraan buatan anak bangsa yang diklaim memiliki kualitas sebaik produk global. Lantas, satu yang menjadi pertanyaan, mengapa motor dan mobil nasional tampilannya mirip kendaraan China?

Ada yang Menarik dari Aion di GJAW 2024

Diketahui, saat PT Solo Manufaktur Kreasi mengenalkan Esemka Bima sebagai produk anak bangsa, muncul pro dan kontra di tengah publik. Sebab, secara tampilan, kendaraan yang dibanggakan Presiden Jokowi tersebut hampir menyerupai Changan Star Truck.

Bukan hanya dimensi dan garis desain, keduanya juga terbilang mirip dalam urusan warna, yakni single tone berkelir putih. Meski demikian, pihak perusahaan memastikan, Esemka Bima dan Changan Star Truck merupakan dua produk berbeda.

Mobil Hybrid BYD Siap Tantang Toyota dan Hyundai di Indonesia

esemkaBukan hanya roda empat, kendaraan roda dua yang berstatus sebagai ‘produk anak bangsa’ juga memiliki tampilan yang terbilang mirip-mirip dengan produk buatan China. Biasanya, kendaraan tersebut berasal dari segmen skuter listrik.

Pengamat otomotif senior sekaligus pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengatakan, beberapa perusahaan otomotif nasional sejatinya masih bertumpu pada China terkait pemenuhan unit produksi. Artinya, kendaraan yang diklaim sebagai karya anak bangsa, tidak sepenuhnya dibuat di dalam negeri.

Mobil China Berteknologi AI Ini Lebih Kencang dari Lamborghini

“China merupakan salah satu produsen (otomotif) terbesar di dunia. Langkah bisnis yang mereka ambil juga terbilang berbeda dibandingkan negara-negara lain,” ujar Yannes, saat dihubungi VIVA Otomotif, dikutip Rabu 15 September 2021.

Dia menambahkan, perbedaan yang dimaksud ialah mengacu pada proses pendistribusian unit terkait hasil produksi. Berdasarkan pengetahuannya, Yannes menyebut, hanya China satu-satunya negara yang mau memasarkan motor atau mobilnya ke konsumen di luar negeri dalam keadaan polos atau berstatus white label.

“Hanya China satu-satunya negara yang mau menjual produk tanpa mereknya (white label) ke negara lain untuk nantinya di-relabelling dan dijual sesuai kesepakatan,” terangnya.

Selain itu, Yannes berpendapat, tak sedikit perusahaan China yang mencoba bermain ‘halus’ dengan menjual semangat nasionalitas di balik produk buatan dalam negeri. Padahal, mobil dan motor tersebut sebenarnya buah karya China yang mendapat ubahan minor di Indonesia.

“Sejauh ini mereka (merek China) menggunakan label ‘nasional’ untuk keperluan branding saja. Mereka kelihatannya mau menjual isu nasionalisme demi keuntungan pribadi,” kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya