Sales Motor di Indonesia Dikritik
- VIVA/Dian Tami
VIVA – Indonesia menjadi surga bagi para produsen sepeda motor. Bagaimana tidak, setiap tahun mereka bisa mendistribusikan lebih dari 6 juta unit ke seluruh diler yang ada di dalam negeri.
Model yang dihadirkan pun beragam, disesuaikan dengan beragam kebutuhan konsumen. Mulai dari motor bebek yang dikenal irit dan kuat, hingga skuter matik yang jumlahnya mendominasi lebih dari 80 persen.
Hampir setiap tahun, ada saja hal baru yang ditambahkan pada model yang diluncurkan. Seperti fitur yang memungkinkan motor terhubung ke smartphone, hingga menaikkan performa mesin dengan berbagai cara.
Sayangnya, banyaknya pengguna kuda besi di Tanah Air juga berdampak pada tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Hal itu diungkapkan langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi.
“Total kecelakaan yang terjadi di 2019 sebanyak 116.411 kasus, dengan jumlah korban meninggal dunia lebih dari 25 ribu jiwa. Dari jumlah kasus itu, 73,1 persen adalah sepeda motor,” ujarnya saat webinar Kemenhub bersama Yamaha Indonesia, dikutip VIVA Otomotif Senin 21 Desember 2020.
Dirjen mengatakan, faktor paling besar yang membuat timbulnya kecelakaan pada pemotor adalah faktor manusianya sendiri.
“Paling banyak itu lengah, tidak konsentrasi. Antara tangan, kaki, mata, dan pikiran tidak sejalan,” tuturnya.
Mengenai faktor kendaraan, Budi menjelaskan bahwa setiap unit yang akan diproduksi sudah melalui proses uji tipe di Kemenhub. Meski demikian, ia menyoroti soal cara pemasaran dari produk otomotif yang dianggap kurang mementingkan faktor keamanan.
“Diler atau showroom, saya kritik marketing yang menonjolkan kecepatan tinggi. Atau saat tampil iklan, ada angin yang bikin seolah melaju kencang. Intinya soal kecepatan. Kenapa enggak kita jual itu faktor keamanannya, mari kita sama-sama mengedukasi masyarakat,” ungkapnya.