Motor Karburator Vs Injeksi, Ini yang Ideal Buat Naik Gunung
- Dok: Royal Enfield
VIVA – Perkembangan teknologi pada kendaraan tidak hanya berkutat pada sistem hiburan atau pencahayaan saja, namun juga sektor mesin. Salah satunya yakni sistem pengabutan bahan bakar.
Saat ini, ada dua sistem pengabutan yang masih diterapkan di sepeda motor, yakni karburator dan injeksi. Sistem yang pertama sudah mulai banyak ditinggalkan, karena dianggap kurang efisien dan tidak praktis.
Sistem injeksi memakai perangkat elektronik untuk mengatur jumlah bahan bakar yang dibutuhkan mesin, sesuai dengan masukan dari sensor. Ada beberapa sensor yang digunakan, seperti sensor udara dan suhu.
Dengan sistem injeksi, maka jumlah campuran bahan bakar dan udara akan selalu mendekati angka ideal, sehingga performa dan efisiensi tetap terjaga. Namun, sistem ini juga memiliki kelemahan.
Saat dibawa ke wilayah bersuhu dingin seperti pegunungan, perangkat elektronik yang biasa dikenal dengan istilah electronic control unit atau ECU pada motor dapat gagal berfungsi. Sebab, komponen yang digunakan tidak didesain untuk bisa bekerja pada suhu mendekati titik beku.
Hal itu yang mendasari Viar Indonesia untuk meminjamkan motor Vortex 250 versi karburator ke Ketua Komunitas Freeriders, Gunadi, saat ia melakukan perjalanan menuju Pegunungan Himalaya yang berada di elevasi lima ribuan meter di atas permukaan laut.
“Di sana kan dingin banget. ECU sistem injeksi bisa error kalau kena suhu dingin. Kalau pakai karburator kan enggak masalah, tinggal atur pakai obeng,” ujar Marketing Communication Viar Indonesia, Frengky Osmond saat dihubungi VIVA, Senin 27 Agustus 2018. (ren)