Gaikindo Tidak Keberatan Jika Semua Mobil di RI Merek Jepang

Ketua GAIKINDO Yohanes Nangoi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Tak bisa dipungkiri bahwa merek Jepang mendominasi industri otomotif di Indonesia. Merek-merek seperti Toyota dan Honda sudah ada sejak kebangkitan industri otomotif nasional pada 1970-an.

Penjualan Mobil Tahun Depan Bakal Makin Berat

Bahkan menurut data yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, 98 persen pasar otomotif Tanah Air disesaki oleh merek-merek asal Negeri Matahari Terbit.

Hal ini secara tidak langsung membuat pabrikan lain yang berniat meramaikan pasar otomotif harus berpikir ulang. Padahal, pasar mobil di Indonesia, diakui oleh Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, masih “seksi”.

Mulai Era Elektrifikasi, Kehadiran Insentif Dongkrak Penjualan Mobil Listrik

“Mobil di Indonesia per 1.000 penduduk itu cuma ada 80. Thailand punya 240 mobil per 1.000 orang, Malaysia punya 400 mobil per 1.000 orang,” ujarnya kepada VIVA.

Saat ditanya soal kiprah Wuling yang mencoba peruntungan di Indonesia dengan menghadirkan mobil keluarga yang harganya cukup terjangkau, ia mengaku sangat gembira.

Hal Ini Bisa Jadi Ancaman Industri Otomotif di 2025, Toyota: Kami Perlu Waspada

“Bagus. Kalau tahun ini kita dapat satu Wuling, tahun depan bisa dapat 1.000 Wuling, saya happy banget. Kenapa begitu? Karena bangun pabrik di Indonesia. Mereka mempekerjakan pegawai orang Indonesia, bikin mobil di sini dan itu jadi basis ekspor,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Pak Yo itu juga tidak mempermasalahkan jika suatu saat hanya merek Jepang yang masih bertahan di pasar otomotif dalam negeri.

“Gaikindo tidak pernah memihak pada negara tertentu, pada merek tertentu, grup tertentu. Kami berpihak pada kemajuan industri otomotif Indonesia. Jadi buat saya, mau Jepang 100 persen pun enggak ada masalah. Yang penting, produksi di Indonesia, komponen lokal sebanyak mungkin. yang penting ekspornya sudah bisa,” jelasnya.  (one)

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Kunci Industri Otomotif Nasional Hadapi Tantangan di 2025

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% serta adanya opsen alias pajak tambahan mulai 2025, diprediksi memberikan dampak signifikan pada daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024