Berakhirnya Era Kejayaan Mobil Bensin
- VIVA.co.id/Hadi Suprapto
VIVA – Tokyo Motor Show jadi ajang pamer mobil listrik dunia. Seluruh pabrikan berlomba-lomba menciptakan mobil tanpa emisi.
Alasannya jelas, gaya hidup dan ketatnya regulasi sejumlah negara membuat pabrikan terus dituntut mengembangkan mobil listrik.
"Ke depan kami akan fokus ke mesin elektrik atau hybrida," kata President Daihatsu Motor Company Koichiro Okudaira dalam satu wawancara dengan wartawan-wartawan Indonesia, termasuk VIVA.co.id, di Tokyo, pekan ini.
Lihat saja, dari lima mobil konsep Daihatsu yang dipamerkan di Tokyo Motor Show, tak ada satu pun yang murni bermesin bensin. Kelimanya menggunakan pilihan mesin hybrid atau listrik.
Memang, saat ini pabrikan Jepang sedang dikejar membuat mobil listrik yang ekonomis, dengan harga yang bisa diterima masyarakat. Mereka belum menyerah mencari teknologi alternatif semurah bensin.
"Sejauh ini green car melaju, tapi powertrain tenaga listrik adalah suatu keharusan," kata Okudaira. "Mobil listrik sangat cocok dengan mobil kecil yang digunakan orang setiap hari untuk berbelanja atau aktivitas lain karena hemat biaya dan perawatan."
Titik kritis
Toyota Motor Co, yang merupakan induk usaha Daihatsu, juga melakukan hal sama. Mereka yang telah lama berkecimpung di hybrid terus mengembangkan teknologi listrik. Dua mobil dipamerkan di Tokyo: mobil konsep enam tempat duduk Fine-Comfort Ride, dan Sora, bus fuel-cell yang akan diluncurkan tahun depan.
Laman News18 melaporkan, Honda Motor Co juga akan meluncurkan mobil listrik kompak di Jepang pada 2020, ini menyusul Nissan Motor Co yang sukses membuat Leaf sejak 2010.
Seiring kemajuan teknologi baterai lithium-ion dengan waktu pengisian yang lebih cepat dan biaya produksi yang lebih rendah, beberapa produsen mobil memperkirakan kenaikan permintaan mobil listrik dalam dekade depan. Tentu saja ini akan menurunkan harga mobil listrik.
"Kami melihat titik kritis ini terjadi sekitar tahun 2025. Pada saat itu harga mobil bensin maupun listrik praktis sama," kata Wakil Presiden Eksekutif Nissan Daniele Schillaci.
"Dan kemudian, jika Anda memiliki harga yang sama, mengapa Anda membeli teknologi tradisional?"