Pemerintah Siapkan Mobil Murah Kedua Setelah LCGC
- VIVA.co.id/Muhammad Solihin
VIVA.co.id – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian saat ini terus menggodok program Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) atau kendaraan rendah emisi. LCEV bakalan rilis setelah Indonesia menerapkan level emisi bahan bakar Euro IV.
LCEV adalah program pemerintah yang memayungi kendaraan lebih irit dari program Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar (KBH2) atau yang lebih dikenal dengan LCGC (Low Cost Green Car). Dalam aturan LCGC, kendaraan wajib mendapat efisiensi bahan bakar 20 kilometer per jam.
Untuk mendapat angka lebih dari itu, kendaraan yang masuk dalam LCEV mengadopsi teknologi canggih. Para peserta LCEV bisa memilih sendiri teknologi mana yang mau digunakan, pilihannya ada hibrida, gas, listrik, atau hidrogen. Sama seperti KBH2, peserta LCEV juga bakal mendapat insentif dari pemerintah.Â
Untuk kendaraan bertenaga listrik maupun pilihan teknologi lainnya, ditargetkan bisa terealisasi dan banyak beredar pada 2025 mendatang. Hal itu ditegaskan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Kata dia, pihaknya sejauh ini sudah bekerjasama dengan sejumlah kementerian dalam membuat program ramah lingkungan termasuk mobil listrik. Dia meyakini para produsen siap menghadirkan kendaraan rendah emisi pada 2025 mendatang.
"Kementerian Lingkungan, Kementerian ESDM dan Kementerian Perhubungan kami gandeng. Kami tanya dengan Ketua Gaikindo (sudah) siap, berarti industrinya siap," kata Airlangga dalam sambutan GIIAS 2017, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Kamis 10 Agustus 2017.
Saat disinggung apakah mobil-mobil LCEV hingga kendaraan listrik wajib dirakit di dalam negeri, menurutnya pemerintah telah membuat skema mobil kendaraan rendah emisi. Produsen diperbolehkan untuk melakukan impor. "Ada skemanya, kita sebut CBU (Completely Built Up) atau CKD (Completely Knocked Down), jadi tetap pada skema itu," ujarnya menambahkan.
Pemerintah saat ini juga terus menyiapkan infrastruktur dalam mengembangkan mobil listrik di Tanah Air. Sementara soal ketersediaan baterai yang selama ini masih menjadi kendala dalam memproduksi mobil listrik, dirinya menjamin aman.
"Industri lokal pertama teknologi baterai, teknologi baterai secara teknologi bisa dikuasai, karena itu lithium ion, pemain baterai sudah ada di sini, pemain di luar negeri dan di sini itu sama," kata dia.