Pakai Mobil Manual, Jangan Asal Turunkan Gigi
- VIVAnews/Sandy Mahaputra
VIVA.co.id – Berbeda dengan mobil bertransmisi otomatis, pengemudi mobil manual harus direpotkan dengan perpindahan gigi, baik saat hendak berakselerasi maupun ketika hendak mengurangi kecepatan.
Saat hendak mengurangi kecepatan, dikatakan pebalap Rifat Sungkar, ada satu kebiasaan buruk yang kerap dilakukan pengemudi, yakni membiarkan mobil meluncur sesaat, sebelum akhirnya memindahkan ke posisi gigi yang lebih rendah.
"Soal turun gigi, biasanya pas mengurangi kecepatan nih. Dari posisi gigi lima, dibiarkan netral dulu sesaat, baru kemudian langsung masuk ke gigi dua, atau bahkan satu. Itu enggak ada teorinya kayak begitu," kata Rifat.
Pada mobil bertransmisi manual, dijelaskan Rifat, perpindahan gigi dianalogikan seperti naik dan turun di anak tangga. Berakselerasi dilakukan bertahap, mulai dari gigi satu hingga lima, atau mungkin enam. Maka, saat mengurangi kecepatan juga dilakukan bertahap.
"Jadi, semua ada aturannya. Sama kayak naik dan turun tangga saja. Sekarang tinggal kemampuan pengemudi, memindahkan posisi tuas persneling dari gigi 5,4,3,2,1 dalam waktu yang cepat. Enggak bisa dari gigi lima misalnya, terus langsung ke satu," ujar pemilik pelatihan keselamatan berkendara RDL tersebut.
Lantas, apa risiko jika pengemudi tetap nekat melakukan perpindahan gigi secara tidak bertahap? Untuk keselamatan berkendara, melakukan hal tersebut seperti menarik rem tangan (parking brake) saat mobil di kecepatan tinggi.
"Saat pengemudi bisa mengendalikan, mungkin enggak masalah. Kalau dia enggak bisa mengendalikan, bahaya buat orang lain juga. Risiko ke mobil juga ada, pertama over RPM, kemudian ada kemungkinan kopling cepat panas, lalu as roda melintir, dan sincronize gearbox rusak, terus gigi persneling pecah," ujar dia. (asp)