Harga Mobil LCGC Makin Mahal, Ini Tanggapan Suzuki
- VIVA/Herdi Muhardi
VIVA.co.id – Kehadiran mobil murah ramah lingkungan, atau low cost and green car/LCGC sejak 2013 hingga kini, terus diminati masyarakat Tanah Air. Penjualannya terus meroket, mengalahkan sejumlah mobil model lainnya.
Beberapa faktor pendukung tentu saja, karena harga jualnya yang murah ketimbang mobil lainnya, serta irit dalam hal konsumsi bahan bakar.
Namun, kini harga LCGC terus merangsek naik. Jika di awal kemunculan ditawarkan kurang dari Rp100 juta, kini bahkan sudah menembus angka Rp150 juta. Andai pun ada yang berharga di bawah Rp100 juta, tak dilengkapi AC, sistem infotainment, dan fitur-fitur ala kadarnya.
Menanggapi hal tersebut, Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales, Setiawan Surya mengatakan, mahal, atau murahnya harga LCGC saat ini sebenarnya relatif. Artinya, semua tentu ditentukan pasar minat, atau tidak dengan mobil tersebut. Jika tidak, tentu akan ditinggalkan.
"Murah, atau enggak sebenarnya relatif, jadi tinggal lihat kompetisi market saja. Sebetulnya kan, untuk menjadi mobil itu murah, tidak harus jualan lebih banyak, agar kita bisa maintenance harga," ujar pria yang baru menggantikan posisi Davy J Tuilan ini, di Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa 11 April 2017.
Meski demikian, Suzuki mengaku akan patuh dengan regulasi yang dibuat pemerintah terhadap mobil-mobil LCGC. Apalagi, belakangan pemerintah juga tengah mewacanakan bakal mengubah mekanisme insentif fiskal kendaraan LCGC, yang artinya kemungkinan besar banderol mobil kelas demikian akan semakin mahal.
"Saya mesti cek lagi, saya detailnya enggak ngikutin. Yang pasti, jika pemerintah membuat regulasi, pasti kita akan mengikuti. Karena, kalau tidak nanti Suzuki tidak jualan," ujar Setiawan Surya.
Siap hadapi Euro 4
Sementara itu, terkait rencana pemerintah yang bakal menerapkan aturan standar emisi Euro 4 pada 2018 mendatang, Suzuki menyatakan kesiapannya. Untuk menyesuaikan aturan tersebut, Suzuki hanya perlu mengganti beberapa komponen saja, terhadap mobil-mobil barunya yang akan dijual tahun depan.
"Sebetulnya, kalau Euro 4 itu kan dari catalytic converter, sama tunning ya. Jadi, kita tinggal mengikuti regulasinya. Kan, itu berlaku untuk semua mobil ya. Kita siap, tinggal kapannya saja," ujarnya.
Meski demikian, Suzuki bersama pabrikan otomotif lain di Indonesia tentu berharap, agar aturan itu disertai dengan ketersediaan bahan bakar yang mumpuni dengan Euro 4. Sebab, jika tidak, justru akan berpengaruh ke konsumen, karena biaya perbaikan kendaraannya menjadi lebih mahal.
"Bahan bakar kita sekarang support enggak sama Euro 4? Karena, bahan bakar (di Indonesia) sekarang kan Euro 2." (asp)