Mengenang Kejayaan Jalan Kebon Sirih
- VIVA.co.id/Pius Yosep Mali
VIVA.co.id – Jalan Kebon Sirih di Jakarta Pusat dahulu dikenal sebagai tempat berkumpulnya para penjahit jok mobil. Di sisi kiri dan kanan jalan berderet pengrajin jok, mulai dari model kaki lima hingga kios sederhana.
Kini, jok buatan Kebon Sirih tidak lagi setenar dulu. Pada sisi jalan hanya terlihat pengrajin jok berbekal mesin jahit tua. Geliat bisnis jok yang sempat bersinar hanya bertahan hingga akhir 1990-an.
Tomi, salah seorang pengrajin jok mobil di Jalan Kebon Sirih menuturkan, pamor tempatnya mencari nafkah mulai meredup. Bahkan, kondisinya saat ini cukup memprihatinkan.
"Jatuhnya tahun 2000-an. Paling parahnya sekarang-sekarang ini, sepi. Sekarang adu nasib saja. Padahal, dulu jok Kebon Sirih paling top," kata pria yang sudah menggeluti jahit jok selama 35 tahun itu.
Hal senada juga dikatakan oleh Dedi, pengrajin jok mobil yang juga putra asli Kebon Sirih. Dedi mengatakan, para pengrajin jok kulit kalah saing dengan produk pelapis interior mobil yang banyak dijual saat ini.
"Sekarang kalah saing sama barang jadi. Kalau kami kan bikin per meter, kalau barang jadi pabrik bikinnya sudah hitung per rol. Jelas harganya susah bersaing," kata dia.
Kondisi demikian, lanjut pria yang sudah turun-temurun mendapat ilmu menjahit jok itu, diperparah dengan tidak adanya generasi penerus. Teman-teman sebaya yang dulu menjahit jok, kini bermigrasi, akibat tempat usahanya digusur untuk dibangun gedung mewah.
"Di sini bisa jahit jok itu turun temurun. Sekarang, orang-orangnya banyak yang sudah meninggal. Ada juga yang kena gusuran, lalu pindah. Terus ke generasi di bawah, enggak ada penerus untuk menjahit jok," kata Dedi.