Alasan BMW Tak Akan Ikuti Jejak Ford dan Mazda
- FOTO: Herdi Muhardi/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Akhir pekan lalu, PT Mazda Motor Indonesia (MMI), agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil Mazda di Tanah Air, secara mengejutkan mengalihkan bisnis distribusi dan purnajual kepada Eurokars Group.
Sebelumnya, Ford Motor Indonesia (FMI) juga memutuskan hengkang dari Indonesia dan menyerahkan tanggung jawab purnajual pada pihak ketiga.
Lalu, apakah hal ini juga bakal terjadi pada merek-merek mobil lainnya?
Terkait tutupnya dua perusahaan besar itu, BMW Group Indonesia tidak berkomentar banyak. Mereka hanya bisa memastikan, merek BMW akan tetap kuat di kancah otomotif nasional.
"2016 merupakan tahun yang penting bagi BMW, karena berusia 100 tahun. Strategi kita adalah akan selalu dekat dengan konsumen, dan selalu ada untuk masyarakat Indonesia. Jadi kalau menurut saya, BMW sudah sangat kuat," kata Head of Corporate Communication BMW Group Indonesia, Jodie O'tania, di Senayan, Jakarta.
Selain itu, Jodie juga menambahkan, mobil BMW masih diminati masyarakat Indonesia hingga saat ini. Bahkan, perusahaan asal Jerman itu akan terus melakukan berbagai inovasi untuk merek BMW maupun MINI.
"Jadi, komentar mengenai merek lain itu sudah pasti tidak bisa, karena ada strategi masing-masing,” ujar Jodie.
Alasan lain mengapa BMW masih akan terus menanamkan investasi di Indonesia, adalah karena mereka melakukan produksi beberapa model di dalam negeri. BMW Indonesia menggunakan fasilitas perakitan mobil milik PT Gaya Motor yang berada di Sunter, Jakarta Utara.
Menurut data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) di bulan September 2016, BMW berhasil menjual 1.745 unit. Angka tersebut menurun jika dibandingkan periode yang sama di 2015, yakni 1.975 unit.
BMW Indonesia Raih Transaksi Rp1 Triliun Lebih di GIIAS 2021
Dalam 11 hari pameran di GIIAS 2021, BMW Group Indonesia berhasil menjual sebanyak 673 unit mobil BWM dan Mini dengan nilai transaksi Rp1 Triliun lebih.
