Menguak Praktik Bisnis Suku Cadang Palsu di Indonesia
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id – Tingginya penggunaan kendaraan, khususnya roda empat di Indonesia berpengaruh pada jumlah permintaan spare part atau suku cadang. Hanya saja, suku cadang yang beredar saat ini tak hanya bawaan pabrik, atau yang disebut genuine part, tetapi banyak yang berstatus palsu.
Associate Consultant Ipsos Business Consulting, Hutomo Hadi Saputro mengatakan, di Indonesia sebenarnya tidak ada suku cadang palsu.
"Yang ada itu barang KW atau imitasi. Itu bukan palsu, tapi non genuine, yang sebenarnya ada manufaktur dan mereknya," ujar Hutomo saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu 21 September 2016.
Suku cadang nongenuine, lanjut Hutomo, memang memiliki kualitas yang lebih rendah ketimbang barang yang dibuat untuk genuine parts. Kualitas ini yang menurunkan usia pemakaian suku cadang.
Menurut Hutomo, barang yang dimaksud palsu itu lantaran merupakan barang nongenuine yang kualitasnya lebih rendah, namun dikemas ulang dengan logo merek pabrikan otomotif ternama. "Jadi, seolah-olah konsumen beli barang dari merek tersebut. Dan konsumen sendiri biasanya tidak tahu merek itu punya pemasok dengan label mereka sendiri," katanya.
Hutomo tak menampik, status barang palsu yang beredar di Indonesia karena adanya permainan oleh oknum tidak bertanggung jawab, seperti retailer, importir dan mekanik. Dia mencontohkan, konsumen bisa menjadi korban penggunaan barang palsu saat berada di bengkel umum yang tidak menyediakan beberapa suku cadang slow moving.
Saat itu, kata dia, mobil yang diperbaiki sengaja ditinggal di bengkel, karena pihak bengkel tidak memiliki stok suku cadang. "Si bengkel biasanya sering datang ke part shop dan membeli barang nongenuine, padahal konsumen maunya genuine. Saat dijual kembali, harga disamakan dengan genuine. Dan itu yang berkembang di masyarakat."
(mus)Â