Audi Indonesia Terkena Dampak Skandal VW

Ilustrasi proses perakitan mobil Audi.
Sumber :
  • Inautonews

VIVA.co.id – PT Garuda Mataram Motor, agen pemegang merek (APM) mobil Audi di Indonesia menyatakan, bahwa saat ini pihaknya harus mendatangkan kendaraan secara utuh atau CBU (Completely Built Up), guna memenuhi kebutuhan pasar otomotif Tanah Air.

Penjualan Mobil Tahun Depan Bakal Makin Berat

Sebelumnya, dua model sedan Audi, yakni A4 dan A6, diketahui dirakit secara SKD (Semi Knock Down) di Tanah Air sejak 2011 lalu. Lalu, kenapa Audi menghentikan perakitan dan kembali melakukan CBU?

Menanggapi pertanyaan tersebut, Presiden Direktur PT Garuda Mataram Motor, Andrew Nasuri mengaku, bila pihaknya menghentikan SKD dikarenakan adanya keinginan untuk melakukan CKD (Completely Knock Down).

Mulai Era Elektrifikasi, Kehadiran Insentif Dongkrak Penjualan Mobil Listrik

"Dulu itu SKD mau ke CKD, eh malah mundur. Sekarang ke CBU lagi.Kita mulai SKD Audi itu dari 2011. 2014 kita setop, karena sudah menyiapkan CKD. Namun, dengan adanya skandal (Volkswagen), CKD enggak datang-datang," ungkapya saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu 1 Juni 2016. 

Andrew mengatakan, ia selama ini berusaha menghindar jika ditanya wartawan soal proses produksi. Penyebabnya, pihak prinsipal Audi di Jerman hingga saat ini memang menghentikan sementara semua proyek investasi di Indonesia.

Hal Ini Bisa Jadi Ancaman Industri Otomotif di 2025, Toyota: Kami Perlu Waspada

"Sementara ini, official statement dari mereka (Audi) bahwa proyek produksi di Indonesia ditunda. Itu yang untuk investasi. Sampai kapan, kita belum tahu," kata Andrew.

Sekedar informasi, induk perusahaan Audi, yakni Volkswagen (VW), memang tengah tersandung kasus besar. Kasus ini bermula saat badan pemantau lingkungan hidup Amerika Serikat menemukan, bahwa beberapa mobil VW berbahan bakar diesel yang dijual tidak sesuai dengan regulasi.

Setelah ditelusuri, ditemukan bahwa VW sengaja memasang program khusus yang dapat mengubah nilai hasil gas buang mesin. Jadi, mobil tersebut seolah-olah mengeluarkan emisi yang rendah.

Akibatnya, VW diminta untuk membeli kembali ratusan ribu unit mobil yang telah mereka jual. Selain membuat harga saham mereka sempat anjlok, mereka juga dikabarkan harus menanggung kerugian hingga US$18 miliar.

(mus)

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Kunci Industri Otomotif Nasional Hadapi Tantangan di 2025

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% serta adanya opsen alias pajak tambahan mulai 2025, diprediksi memberikan dampak signifikan pada daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024