BMW Turunkan Kualitas Demi SNI, Ini Kata Kemenperin
- Herdi Muhardi/VIVAcoid
VIVA.co.id – Produsen mobil asal Eropa, BMW mengeluhkan standar komponen seperti kaca pada mobilnya yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia. BMW menganggap, pihaknya terpaksa harus menurunkan kualitas komponen yang diimpor agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Saat ini, SNI yang diterapkan nilainya antara 1-5. Sementara kaca mobil BMW yang didatangkan dari Eropa memiliki nilai 5,5. Artinya, BMW harus menurunkan kualitasnya untuk masuk ke dalam ketetapan aturan SNI.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronik Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pihaknya hingga kini masih terus dalam tahap pembahasan terkait solusi menangani kaca mobil yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia.
"SNI sebetulnya harus mengadopsi standar yang lebih tinggi. Nah, itu sekarang yang kita bahas dengan Dirjen Kimia yang menangani kaca. Supaya SNI yang diterapkan adopsi juga yang lebih tinggi," katanya di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 24 Mei 2016
Ia menilai, untuk saat ini, pihaknya jujur masih bingung terkait standar yang pas dan patut diterapkan oleh pemerintah, agar kedua belah pihak antara pemerintah dan produsen mobil sama-sama mendapatkan solusi.
"Masalahnya kita belum membuat skema yang lebih tinggi dan itu siapa acuannya dan dimana. Dan itu yang sedang dibahas di Dirjen Kimia yang menangani kaca," kata dia.
Sebelumnya, Head of Corporate Communication BMW Indonesia,Jodie O'tania mengatakan, jika pihaknya keberatan terhadap Kementerian Perindustrian, Rabu, 18 Mei 2016.
"Standar komponen kita saat ini memang tinggi, ya kita berharap ada jalan keluar yang diberikan oleh pemerintah terkait standar nasional penerapan kaca," kata dia ditemui di Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis, 19 Mei 2016.
Jodie menyatakan, tak cuma soal kaca, segala komponen yang memang nilai kualitasnya di atas SNI dapat dimudahkan masuk ke Indonesia. BMW yakin, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian akan memberikan solusi yang terbaik bagi produsen asal Jerman itu dan merek-merek otomotif lain.
"Kemarin kita tidak hanya membahas masalah keluhan BMW mengenai standarisasi kaca saja, tapi kita ke sana juga untuk silaturahmi," kata Jodie.
BMW selama ini memang mendatangkan kaca dengan kualitas yang disesuaikan standar yang berlaku di Indonesia. Langkah ini ditempuh karena BMW merasa belum ada perusahaan di Tanah Air yang bisa memproduksi kaca sesuai dengan kualitas mereka.
Jika pun ada, tentu harganya mahal. Karena itulah BMW sampai kini belum mau mendirikan pabrik di Indonesia. BMW hanya memiliki pabrik perakitan di Indonesia, sementara komponen masih didatangkan dari luar negeri.
(mus)