Marak 'Setan' Kredit Kendaraan, Kenapa Bisa?
- FOTO: Dian Tami/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Fenomena negatif saat ini terjadi di masyarakat. Di mana, ada istilah 'setan kredit' yang terjadi saat calon konsumen hendak melakukan pembelian kendaraan. Setan kredit yang dimaksud menutup kemungkinan celah konsumen untuk melakukan pembelian secara tunai.
Umumnya, calon konsumen selalu diarahkan untuk melakukan pembelian kendaraan secara kredit, dengan beragam iming-iming kemudahan. Berbeda jika membeli kendaraan secara tunai, kerap menunggu berbulan-bulan sampai kendaraan tiba. Fenomena ini kerap terjadi di berbagai diler, baik roda dua maupun roda empat.
Menanggapi fenomena tersebut, Deputy Director Sales Operation and Network Development Mercedez-Benz Indonesia Karyanto Hardjosoemarto mengakui jika praktik demikian kerap terjadi di sejumlah diler otomotif di Indonesia. Namun demikian, dia menegaskan jika ini tidak berlaku bagi Mercedes-Benz, di mana pihaknya menjamin konsumen bebas memilih pembayaran yang diinginkan.
"Kalau kita tidak pernah memaksa konsumen untuk membeli secara kredit. Karena yang beli mobil kita itu orang-orang kaya, jadi tidak ada penekanan seperti itu. Paling kalau ada promosi kami tawarkan, misalnya seperti ada promo ini-itu. Kami akui ada kelebihannya dari sisi ini (kredit) tapi kami tidak pernah memaksa," ungkapnya kepada VIVA.co.id, Kamis, 21 April 2016.
Lantaran memiliki segmen pasar premium, diakui Kary, merupakan hal yang harus diperhatikan benar oleh pihak diler. Karena, konsumen dapat 'patah hati' dan berpindah ke merek lain apabila merasa tidak nyaman dengan pelayanan yang diberikan.
"Karena konsumen kami ini kan premium, jadi tidak bisa ditekan seperti itu. Nanti dia bisa lebih memilih tempat lain. Memang kadang diler itu ada kerja sama dengan pihak perusahaan pembiayaan, sehingga biasanya ada promo seperti cicilan lebih rendah dan bunganya juga sama. Kami hanya berhak menjelaskan sejelas mungkin pada konsumen sejak awal. Tapi tidak boleh ada penekanan pembelian secara kredit," tambahnya.
Saat ditanya mengenai tindakan tegas yang akan diberikan Mercedes-Benz Indonesia selaku Agen Pemegang Merek (APM) Mercedes-Benz di Tanah Air kepada diler nakal, Kary mengaku tak bisa berbuat banyak.
"Sebenarnya tindakan tegas dari kita tidak ada, karena kami distributor ke diler-diler. Berikutnya diler ke konsumen. Cuma kami sebagai APM turut mengawasi apabila sudah ada persaingan tidak sehat, kami coba ingatkan. Tapi kami tidak bisa melarang, strategi dan cara mereka menjual produknya maunya seperti apa. Namun saya pastikan bila pembelian tunai atau kredit pasti akan dilayani dengan sebaik mungkin," kata Kary.
Sebelumnya, Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Rouli Sijabat mengatakan, praktik-praktik seperti ini memang kerap ditemukan. Umumnya, kasus ini terjadi karena banyak dilakukan oknum wiraniaga alias tenaga penjual. Artinya, yang ingin membeli tunai tetap diarahkan ke pembelian secara kredit dengan berbagai iming-iming serta kemudahan lainnya.
"Jika ada hal tersebut, dipastikan itu merupakan sales yang memang ingin mencari insentif lebih," kata Rouli kepada VIVA.co.id, Rabu, 20 April 2016.
Insentif lebih yang dimaksud yakni bonus yang diberikan dari perusahaan pembiayaan alias leasing. Biasanya, untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya dari diler, maka perusahaan pembiayaan memberikan subsidi tambahan kepada sales maupun diler dengan harapan dapat memberikan banyak nasabah kepada mereka.
Dengan cara itu diharapkan kedua belah pihak baik diler dan perusahaan pembiayaan akan sama-sama senang dan menguntungkan. "Seharusnya memang tidak boleh, tidak boleh ada diskriminasi, baik itu karena konsumen merupakan pria atau wanita atau pemilihan konsumen lebih baik kredit atau cash,” kata Rouli.