Menperin: Mobil Listrik untuk Riset dan Dijual Itu Beda
- Dok: facebook Ricky Elson
VIVA.co.id – Kabar soal pemerintah mendorong perusahaan otomotif untuk segera mengembangkan mobil listrik di Indonesia tidak diamini langsung oleh Menteri Perindustrian RI, Saleh Husein.
Bahkan, Saleh mengaku, untuk mengembangkan mobil listrik, tak perlu terburu-buru, karena hal itu membutuhkan biaya yang mahal dan persiapan sangat matang.
Menurut Saleh untuk membangun sebuah industri otomotif di Indonesia, sangat tinggi modalnya. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat industri otomotif berdiri di Indonesia bukanlah ratusan miliar, melainkan puluhan triliun rupiah.
“Kita bukan hanya sekedar membuat satu untuk riset. Kalau membuat satu untuk riset itu oke. Tapi, untuk membuat dan memproduksi massal, saya kira itu butuh waktu dan butuh modal cukup besar,” jelas Saleh, Minggu 13 Maret 2016.
Saleh memberi saran, masyarakat jangan terkecoh dengan beredarnya desakan kemunculan mobil listrik, yang dibuat hanya riset dan bukan untuk diproduksi massal.
“Beda, memproduksi mobil satu dengan mobil untuk massal. Bagaimana kalau rusak saat dibawa ke daerah? Marah tidak? Sudah beli mahal-mahal, rusak, terus enggak bisa diperbaiki atau masalah lainnya,” jelasnya.
Saleh tak menampik, bahwa di sejumlah negara tempat asal perusahaan industri otomotif, seperti halnya Jepang, giat mengembangkan mobil listrik. Hanya saja, kata dia, jumlahnya tak banyak.
Lain halnya dengan Tiongkok, lanjut Saleh. Meski keberadaan mobil listrik beserta infrastrukturnya sedang dikembangkan, namun secara kualitas belum terlihat.
“Tentu, yang perlu dipersiapakan (di Indonesia), bagaimana infrastrukturnya. Insfrastruktur itu kan terkait dengan kementerian-kementerian lain, tidak hanya Kementerian Perindustrian,” ujarnya.
Menurut Saleh, dengan infrastruktur yang dibenahi, tentunya hal itu akan memberikan manfaat dan kepuasan konsumen, jika perusahaan otomotif memproduksi mobil listrik secara massal dan dijual ke masyarakat.