Toyota Kijang dan Legenda Mobil Rakyat

Kijang Super.
Sumber :
  • Toyota

VIVA.co.id – Kemarin, Senin 23 November, Toyota All New Kijang Innova resmi meluncur di Jakarta. Ini merupakan debut pertama sang legenda, setelah lama tak berubah.

Sebenarnya, pada 16 November, awak media sudah lebih dulu diundang oleh PT Toyota Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengunjungi Toyota Plant 1 di Karawang, tempat Innova dan Fortuner dibikin. Sayangnya, informasi baru bisa dipublikasikan Selasa ini.

Toyota Plant 1 merupakan pabrik ketiga TMMIN setelah Sunter 1 dan Sunter 2. Pabrik yang diresmikan pada tahun 2000 merupakan pabrik terintegrasi Toyota.  Di pabrik ini, semua pengerjaan dilakukan, mulai dari pencetakan, pengelasan, pengecatan, hingga perakitan, dan test akhir. Semua dilakukan di satu pabrik. Ini tidak seperti di Sunter yang hanya produksi mesin dan stamping part.

Sekadar infrmasi, di Karawang saat ini Toyota memiliki tiga pabrik. Plant 1 khusus untuk produksi Innova dan Fortuner, Plant 2 untuk Vios, Etios Valco, dan Yaris. Sedangkan Plant 3 memproduksi mesin-mesin mobil penumpang.

Dengan kapasitas produks 130 ribu unit per tahun pada Plant 1 dan 120 ribu unit pada Plant 2, pabrik ini bisa menghasilkan satu mobil dalam 1,6 menit. “Jadi setiap 1,6 menit akan keluar satu mobil baru,” kata Kepala Plant Karawang TMMIN Nandi Julianto.

Dari pabrik inilah jutaan kendaraan bikinan Indonesia diekspor ke berbagai negara, baik dalam keadaan utuh maupun terurai. ”Untuk Innova kebanyakan diekspor ke Timur Tengah,” ujar Nandi.

Berawal dari Kijang

Keberadaan pabrik-pabrik Toyota tak lepas dari kesuksesan mobil bernama Toyota Kijang, Kerja Sama Indonesia-Jepang. Saat itu pemerintahan Soeharto mencanangkan Program Pengembangan Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana (KBNS). Peluang ini kemudian diambil Toyota bekerja sama dengan Indonesia meluncurkan  

Toyota tahu betul apa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia kala itu. Mereka menghadirkan mobil yang serba guna dan bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau.

Merdeka Belajar: Mengubah Paradigma Pendidikan Menuju Kemandirian Intelektual

Pertama kali hadir dalam bentuk pikap, Kijang berevolusi menjadi sebuah kendaraan yang banyak dipilih oleh mereka yang sudah berkeluarga.

Pada generasi ketiga hadir dalam dua varian, mobil ini memiliki siklus hidup yang cukup panjang, yakni mulai 1986 hingga 1997. Bahkan saat ini Kijang Super dan Kijang Grand Extra masih terlihat berseliweran, baik di kota-kota besar maupun daerah.

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Keunikan Kijang generasi ketiga yaitu adanya tipe khusus, yang diberi nama Toyota Kijang Soeharto. Dibuat secara terbatas, yakni pada 1995-1996 saja, tipe ini adalah Kijang pertama yang memakai transmisi otomatis empat percepatan.

Alasan penamaan mantan Presiden RI tersebut untuk memeringati ulang tahun Pak Harto yang ke-75.

Menakar Keberlanjutan Kurikulum Merdeka: Tantangan dan Peluang Jangka Panjang

Pada generasi keempat, Toyota membuat perombakan besar pada seri Kijang. Tidak lagi mengandalkan rumah karoseri, Toyota membuat Kijang dengan bentuk yang lebih membulat, sehingga kerap disebut dengan istilah Kijang Kapsul.

Memasuki abad baru, Kijang hadir dengan mesin baru yang sudah mengusung teknologi injeksi. Tipe ini juga diekspor ke berbagai negara lain, dengan spesifikasi yang lebih lengkap.

Toyota Kijang generasi ketiga inilah yang menjadi mobil rakyat. Mobil keluarga yang berseliweran di jalan-jalan di Indonesia.

Belakangan, berubah, setelah Toyota dan Daihatsu membangun segmen low MPV, Avanza dan Xenia.  Posisi Kijang pun berubah. Satu tahun setelah duet ‘mobil sejuta umat’ itu diluncurkan, Toyota mengenalkan wajah baru Kijang, Innova.

Kijang yang dulunya mobil rakyat berubah posisi. Hanya orang-orang menengah atas saja yang bisa menikmati.  Apalagi, selain Avanza-Xenia, kini ada segmen low cost car yang  jauh lebih “merakyat”. Mobil-mobi inilah yang kemudian menjadi terlaris.

Meski tak lagi menjadi mobil terlaris Toyota, namun Kijang Innova tetap menjadi raja di kelas medium MPV. Ini terbukti dari penjualannya yang tidak pernah kurang dari angka 50 ribu unit per tahun sejak lima tahun lalu. Sementara pesaing terdekatnya, Nissan, harus puas bisa menjual Grand Livina dengan angka kurang lebih setengah dari yang diperoleh Toyota.

Penjualan Kijang Innova pada 2011 tercatat sebanyak 49.220 unit, dan berada di posisi ketiga dari total penjualan mobil. Hal ini juga terjadi di tahun berikutnya, namun dengan angka penjualan yang lebih besar, yaitu 71.685 unit.

Pada 2013, Innova masih tetap menempati peringkat ketiga setelah Avanza dan Xenia, dengan total penjualan 64.539 unit. Sayangnya di 2014, posisinya harus turun dua peringkat, akibat tergusur oleh Honda Mobilio dan Daihatsu Gran Max.

Nah, akhir tahun ini, Toyota merombak total Kijang menjadi lebih elegan. Konsekuensinya pun, harga lebih mahal. Jadi, akankan Kijang terus menjadi legenda?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya