Mahalnya Mobil Baru Bikin Konsumen Akad dengan Cicilan Panjang
- freepik.com/senivpetro
Jakarta, VIVA – Harga barang terus melonjak naik di berbagai sektor, dan pasar otomotif tidak luput dari dampaknya.
Kini, membeli mobil baru bukan lagi sekadar soal pilihan, tapi soal seberapa jauh seseorang bersedia memaksakan kondisi finansialnya demi kendaraan yang dulu terasa lebih terjangkau.
Dilansir VIVA dari laman Carscoops, data penjualan kuartal pertama tahun ini menunjukkan bahwa masyarakat kini semakin nekat dalam menggapai mobil impian mereka.
Salah satu tren yang mencolok adalah meningkatnya jumlah pembeli mobil baru di Amerika Serikat yang mengambil pinjaman dengan tenor sangat panjang hingga 7 tahun atau 84 bulan.
Data dari Edmunds menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2025, 19,8 persen pembeli mengambil skema ini, naik tajam dari 13,4 persen pada periode yang sama di 2019.
Menariknya, pinjaman jangka pendek (48 bulan atau kurang) juga ikut meningkat, dari 7,1 persen menjadi 10,2 persen.
Sementara itu, pembeli yang rela mengeluarkan cicilan bulanan di atas $1.000 atau setara dengan Rp16 jutaan masih bertahan di angka tinggi, yakni sedikit di atas 17 persen.
Ilustrasi membeli mobil
- Istimewa
Tak hanya itu, rata-rata jumlah pembiayaan mobil juga naik, dari $40.427 atau setara Rp647 juta. Pada kuartal pertama 2024 menjadi $41.473 (Rp663,5 juta) tahun ini.
Sayangnya, pinjaman mobil dengan bunga 0 persen kini sangat langka, hanya 1,1 persen dari seluruh pinjaman..Sedangkan suku bunga rata-rata tetap tinggi di angka 7,1 persen, sama seperti tahun lalu.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah dampak dari kebijakan tarif impor 25 persen yang diterapkan oleh pemerintahan Trump terhadap seluruh mobil dan suku cadang impor.
Sementara itu, Kepala riset Edmunds, Jessica Caldwell, mengatakan, “Ketika satu dari lima pembeli mobil baru mengambil pinjaman selama tujuh tahun, itu menandakan betapa banyak konsumen yang sebenarnya tengah terjepit secara finansial.”
Ia menambahkan, “Walaupun suku bunga cenderung stabil, fakta bahwa banyak orang masih bergantung pada tenor panjang dan cicilan tinggi menunjukkan bahwa membeli mobil tetap menjadi tantangan besar."
Menurutnya, dengan diberlakukannya tarif impor ini mulai hari ini, bisa jadi kondisi akan semakin sulit.
Harga mobil berpotensi makin melambung dan makin jauh dari jangkauan masyarakat.
Namun, ada angin segar yang mungkin bisa meringankan beban konsumen. Beberapa produsen mobil mulai menawarkan diskon dan insentif menarik.
Selain itu, Presiden Donald Trump sempat melontarkan wacana memberi insentif pajak berupa pengurangan pajak untuk bunga pinjaman mobil buatan Amerika.
Menurut Caldwell, "Secara teori, ini bisa memberikan bantuan nyata bagi konsumen, mengingat total bunga yang dibayarkan untuk mobil baru bisa sebesar biaya renovasi rumah atau liburan keluarga."
Meski begitu, wacana ini masih penuh tanda tanya lantaran masih banyak hal yang belum jelas, mulai dari definisi buatan Amerika hingga mekanisme pelaksanaannya dan siapa saja yang berhak.
"Selama semua itu belum dijabarkan secara rinci, sulit menilai seberapa besar dampaknya bagi pasar," kata Caldwell.
Untuk saat ini, masyarakat mungkin akan mulai lebih serius melirik mobil bekas sebagai opsi yang lebih masuk akal.