Bicara Peluang Toyota Indonesia Jadi Pusat Produksi Pasar Global South

VIVA Otomotif: Pabrik Toyota
Sumber :
  • Carscoops

Jakarta, VIVA – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menanggapi peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur kendaraan roda empat untuk pasar Global South.

Penjualan Mobil Hybrid Toyota Tahun Ini Meroket, Innova Zenix Paling Diburu

Wacana ini mencuat dalam pertemuan antara Toyota dan Ketua Dewan Penasihat Kadin Indonesia, Hashim Djojohadikusumo, yang juga adik kandung Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu yang lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Toyota juga dikabarkan tengah menjajaki kerja sama dengan Meksiko guna mengoptimalkan ekspor ke negara tersebut.

Ekspor Mobil Hybrid Toyota Melejit, Veloz Hybrid Siap Menyusul?

Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN menegaskan bahwa Indonesia sudah memiliki fondasi industri otomotif yang kuat untuk menjadi hub produksi global.

Namun, ada tantangan yang masih perlu diatasi, terutama dalam hal perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang berdampak pada biaya ekspor.

Pemilik Mobil Elektrifikasi Toyota Dapat Parkir Gratis di Jakarta, Ini Lokasinya

"Ekspor ke Meksiko itu kalau kami tidak punya FTA, tarifnya sebesar 20 persen, khusus ban bahkan 35 persen. Jadi cukup tinggi," ujarnya, dikutip VIVA di Jakarta.

Logo Toyota

Photo :
  • Pixabay

Diketahui saat ini, Toyota telah memiliki pabrik di Meksiko, yang memungkinkan pemanfaatan fasilitas bebas tarif melalui skema ASEAN FTA.

"Karena Indonesia belum punya FTA sendiri, kami gunakan ASEAN FTA, sehingga kami bisa mendapatkan bebas tarif," jelas Bob.

Namun, ekspor ke Meksiko bukan satu-satunya strategi Toyota dalam memperluas jangkauan produksinya.

Toyota Indonesia melihat potensi besar di negara-negara Global South, termasuk anggota BRICS seperti Brasil dan India.

Bob menyoroti bagaimana negara-negara ini memiliki kebutuhan otomotif yang besar serta kebijakan yang mendorong penggunaan energi alternatif, termasuk etanol.

"Global South punya pasarnya sendiri. Brasil misalnya, sudah berhasil mengembangkan industri etanol dari tebu, yang asalnya dari Indonesia. Kami juga bisa melakukan hal yang sama dengan sawit," pungkasnya.

Adapun Toyota telah menyiapkan kendaraan yang mendukung bahan bakar alternatif, termasuk etanol.

"Kami ada kendaraan yang bisa memakai E5, E10, bahkan ada model seperti (Innova) Zenix yang bisa menggunakan E85," tambah Bob.

Hal ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mendorong ketahanan energi melalui sumber daya dalam negeri.

Menanggapi kemungkinan Indonesia menjadi production hub untuk pasar Global South, Bob menegaskan bahwa secara industri, Indonesia sudah sangat siap.

Bahkan, Toyota Indonesia memiliki rekam jejak panjang dalam mendukung produksi kendaraan berbasis etanol.

"Dulu, mesin-mesin mobil di Brasil untuk menelan etanol, kita yang bikin 20 tahun lalu. Jadi bagaimana kita tidak bisa jadi hub?" tegasnya.

Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan penuh bagi industri otomotif nasional yang telah memiliki rantai pasok yang kuat, jaringan ekspor yang luas, serta kontribusi besar terhadap devisa negara.

"Ujungnya pasti ke sana. Kita tidak hanya bicara kapasitas, tapi juga teknologi, riset, dan pengembangan. Industri otomotif itu bertahap, dari impor, perakitan, lokalisasi komponen, ekspor, elektrifikasi, hingga R&D. Kita sudah masuk tahap ke-9," lanjutnya.

Bob pun menekankan bahwa industri otomotif Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara yang masih dalam tahap awal pengembangan industri.

Dengan pengalaman dan infrastruktur yang sudah terbentuk, dukungan dari pemerintah menjadi kunci untuk semakin memperkuat daya saing di pasar global.

"Jadi jangan bereksperimen lagi. Konsisten saja. Dukung industri yang sudah ada," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya