Populasi Mobil Listrik Semakin Banyak di RI, Tapi Masih ada Beberapa Masalah

Talk show Seres dan Voltron di IIMS 2025
Sumber :
  • Jeffry Yanto Sudibyo

VIVA – Populasi mobil listrik yang terus meningkat di Indonesia, namun masih ada beberapa masalah yang ditemui. Diantaranya jumlah SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) dan penanganannya ketika bermasalah di jalan.

Selama tahun lalu perusahaan listrik negara, atau PLN telah menambah SPKLU sebanyak 3.233 unit, artinya penambahan tempat pengisian baterai kendaraan listrik itu meningkat 299 persen, karena selama 2023 hanya 1.081 unit.

Kini total SPKLU PLN yang beredar di beberapa daerah di Indonesia 9.956 unit. Namun tidak semuanya memiliki tegangan tinggi, atau mendukung pengisian cepat dengan arus searah alias DC, tapi ada juga yang AC.

Tipe colokan di masing-masing SPKLU tersebut sebagian besar CCS2 baik untuk AC atau DC, namun ada juga model GBT yang saat ini hanya digunakan oleh mobil listrik Wuling.

Selain tempat pengisian di tempat umun, PLN juga mencatat peningkatan pemasangan charging station di rumah pemilik kendaraan listrik dari sebelumnya hanya 9.393 unit, namun pada tahun lalu menjadi 28.356 unit.

Lantas jumlah tersebut apakah sudah memenuhi kebutuhan pengguna EV di Indonesia?

"Satu charger untuk 10 mobil kalau enggak salah di Indonesia populasi mobil listrik 70 ribuan jadi satu banding 20. Tapi sepertinya enggak masalah karena pemilik EV banyak cas di rumah, walaupun saya melihat sekarang beberapa SPKLU penuh atau antre," ujar Sustainable Mobility Expert Mahaendra Gofar dalam acara Talk Show Seres dan Voltron di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 20 Februari 2025.

Selain jumlah SPKLU yang dianggap kurang memadai dengan populasi kendaraan listrik saat ini, masalah lainnya adalah penanganannya ketika mogok di tengah jalan. Karena menurutnya tidak semua pemilik paham akan hal tersebut.

"Mogok dijalan enggak berani towing karena mereka enggak mengerti. Karena EV roda disambung ke motor listrik dan enggak boleh di towing dengan cara menariknya yang membuat roda berputar," tuturnya.

Menurutnya ketika roda depan yang menjadi sumber penggerak dinamo berputar akan menghasilkan daya. Efeknya motor listrik penggeraknya akan rusak, atau berdampak pada baterai karena ada arus listrik yang dihasilkan tersebut.

"Kecuali sebelum ditarik sudah dipastikan arus listrik baik dari baterai atau dinami terputus. Karena walaupun mobil kondisinya tidak hidup saat dinami berputar tetap menghasilkan daya dan itu bahaya jadi harusnya digendong rodanya," katanya.

Oleh sebab itu dia berharap ada edukasi yang lebih mendalam terkait EV untuk sales diler, teknisi, produsen, pemerintah sebagai pembuat kebijakan, serta stakeholder terkait termasuk pemadam kebakaran, Dinas Perhubungan, pengelola jalan tol, atau perusahaan towing. 

Mobil-Mobil Ini Kurang Laku, Penjualannya di Bawah 10 Unit per Bulan