Kata Produsen Soal Potensi LCGC Berteknologi Hybrid dan Listrik di RI

Mobil All New Agya GR Sport
Sumber :
  • VIVA/Agus Setiawan

Jakarta, VIVA – Segmen mobil dengan harga Rp200 juta hingga Rp300  jutaan merupakan pasar terbesar di Indonesia saat ini. Hal ini tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang relatif terjangkau serta kebutuhan kendaraan keluarga yang efisien dan fungsional.

Rencana Besar Honda di Indonesia: 3 Mobil Hybrid Siap Guncang Pasar

Dalam kategori ini, mobil LCGC (Low Cost Green Car) mendominasi karena harganya yang kompetitif, irit bahan bakar, dan didukung insentif pemerintah.

Namun, di tengah tren elektrifikasi dan transisi menuju kendaraan ramah lingkungan, muncul peluang untuk mengembangkan LCGC dengan teknologi hybrid atau bahkan EV (Electric Vehicle).

Jetour Siapkan Mobil Listrik dan Hybrid Terbaru di Indonesia Tahun Ini

Bahkan peluang ini juga sempat dilontarkan oleh pihak Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kepada para produsen otomotif di Tanah Air.

Dialog industri otomotif nasional

Photo :
  • Arianti Widya
Minggu Depan Mitsubishi Luncurkan XForce Hybrid

Menanggapi hal ini, para manufaktur pun mengungkapkan potensi untuk meluncurkan LCGC hybrid di pasar Indonesia.

Philardi Sobari, Head of Public Relations PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengungkapkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mengembangkan LCGC hybrid dengan harga Rp200 jutaan.

"Untuk LCGC hybrid belum ada development (pengembangan), apalagi yang harus Rp200 jutaan ya. Sekarang juga kan sudah ada kebijakan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) nambah Rp1 juta, jadi lumayan mepet-mepet untuk mendapatkan segmen LCGC," ujarnya dikutip VIVA dalam acara dialog industri otomotif nasional di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

Ia menambahkan bahwa sesuai dengan keinginan Toyota dimana produk-produknya nanti akan hadir dalam bentuk hybrid.

"Tapi, kita menegaskan untuk nantinya semua produk (Toyota) akan hybrid pada waktunya. Teknologi makin murah, cost rendah. Berharap nanti bisa berkembang ke sana. Mudah-mudahan akan ada LCGC hybrid ya," tegas Philardi.

Sementara itu, dalam pandangan PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) sebagai produsen mobil hybrid dan listrik di Tanah Air mengungkapkan bahwa pihaknya melihat segmen pasar LCGC di Indonesia memang memiliki potensi besar, tetapi tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh produsen otomotif dalam membekalinya dengan teknologi hybrid atau listrik.

Thomas Pamungkas, Head of Sales Strategy PT HMID, Thomas, mengungkapkan bahwa kebutuhan pasar Indonesia cenderung menginginkan mobil yang terjangkau, fungsional, dan mampu menampung banyak penumpang.

Namun, ada berbagai aspek teknis dan kebijakan yang perlu dipertimbangkan dalam menggarap segmen ini.

“Kalau kita bicara pasar Indonesia, konsumen memang menginginkan mobil yang bagus, murah, dan muat banyak. Apalagi untuk LCGC, meskipun ada insentif seperti PPnBM 3 persen, itu tidak mudah dicapai karena ada syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang memiliki roadmap cukup ketat,” ujar Thomas, dalam kesempatan yang sama.

Ia menambahkan bahwa tidak semua merek otomotif mampu memenuhi persyaratan tersebut dalam jumlah besar, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain di industri ini.

Menurut Thomas, strategi masing-masing merek dalam menyeimbangkan biaya produksi dan harga jual akan sangat menentukan keberhasilan di pasar LCGC hybrid.

"Itu semua kembali ke strategi masing-masing brand, apakah biaya sudah seimbang dengan harga yang kompetitif. Kami masih wait and see (untuk melihat perkembangan ini),” jelasnya.

Di acara yang sama, Luther Panjaitan selaku Head of Government and PR PT BYD Motor Indonesia menyoroti tantangan utama dalam menghadirkan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) di segmen LCGC dengan Rp200 jutaan.

Ia mengatakan, meski pasar Indonesia memiliki potensi besar, berbagai aspek teknis dan strategis perlu dipenuhi agar kendaraan di segmen ini dapat diproduksi secara kompetitif.

“Kalau ditanya, hampir semua brand pasti ingin masuk ke pasar BEV LCGC di bawah Rp200 juta. Siapa yang tidak mau? Tapi, kita perlu melihat aspek-aspek pendukung untuk mencapai harga tersebut. Dari sisi lokalisasi, kita perlu mencapai titik yang cukup tinggi untuk mendapatkan harga yang kompetitif,” pungkas Luther.

Ia menambahkan bahwa skala ekonomi juga memainkan peran penting dalam menekan biaya produksi. Semakin besar volume produksi, semakin mungkin harga kendaraan dapat ditekan.

Selain itu, Luther juga menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk menciptakan kondisi yang ideal bagi pengembangan BEV LCGC.

"Biaya R&D itu tidak murah. Sebagai produsen, kami juga harus memberikan skala ekonomi kepada mitra dan partner kami. Untuk mencapai level itu, dibutuhkan waktu dan volume produksi yang tepat. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi berbagai pihak untuk mewujudkan pasar yang ideal,” jelasnya.

Perlu diketahui, saat ini BYD hanya memasarkan produk kendaraan listrik di Indonesia alias belum terjun di segmen hybrid. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya