Komitmen Net Zero Emission Harus Berjalan Beriringan dengan Industrinya

Jakarta, VIVA –  Sektor otomotif memiliki peran penting dalam upaya pengurangan emisi karbon di Indonesia. Walau begitu, komitmen net zero emission atau nol emisi juga harus berjalan beriringan dengan sektor industrinya.

Hal tersebut disampaikan oleh World Research Institute atau WRI Indonesia dalam Toyota Carbon Neutrality (CN). Pemerintah dan produsen kendaraan harus menyamakan gagasan emisi nol dan ketahanan industri.

"Ini tantangan ke depan kan mau net zero tapi industri harus diselamatkan. Kita tidak mau sektor otomotif sales-nya turun karena kita bicara teknologi baru. Ini tantangan yang perlu kita antisipasi bersama-sama," ujar Senior Program Lead Electric Mobility WRI, I Made Vikannanda di Gambir Expo, Kamis 13 Februari 2025.

Vikan mengambil contoh pada 2023, di mana motor mencapai 120 juta unit dan mobil 20 juta unit. Sayangnya, saat jumlah bertambah dan output ekonomi meningkat malah bertentangan dengan kampanye nol emisi itu.

"Kita cari formula bersama-sama di sektor otomotif untuk mencapai net zero 2060. Kita sekarang punya motor 120 juta, mobil mungkin 20 juta. Kita dapat output ekonomi 5 persen ya tahun 2023," tuturnya.

"Kalau 8 persen berapa? Apakah mobil harus 70 juta unit kah? Terus polusi dan kemacetan bagaimana? Motor apakah harus 250 juta? Bagaimana dengan konsumsi BBM. Jadi elemen isunya sangat kompleks. Makanya harus antisipasi bersama antar pemerintah dan industri," lanjut Vikan.

Walau begitu, pihaknya melihat ada harapan agar keseimbangan industri dan program pengurangan emisi ini bisa berjalan. Salah satunya dengan hadirnya mobil-mobil hybrid.

Seberapa Buruk Dampak Pembatalan Investasi di Industri Otomotif Nasional?

Pembatalan investasi besar di sektor otomotif nasional kembali menjadi perhatian serius, menyusul dibatalkannya rencana pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik.

VIVA.co.id

23 April 2025