Tahun Ini Peminat Mobil Baru Semakin Lesu Menperin Ungkap Biang Keroknya

Menperin, Agus Gumiwang melihat-lihat mobil modifikasi di IMX 2024
Sumber :
  • IMX

VIVA – Penjualan mobil baru di awal 2025 belum pulih seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal saat ini semakin banyak brand pendatang baru yang meramaikan pasar dengan menawarkan berbagai model.

Terpopuler Jorge Martin Lupakan MotoGP 2025, 10 Mobil Terlaris Maret

Namun kehadiran brand baru tersebut hanya mengambil pasar yang sudah ada. Bahkan sepanjang Januari penjualan mobil baru dari diler ke konsumen, atau pendistribusian pabrik ke diler merosot dari 2024.

Melalui data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan mobil baru secara ritel di bulan pertama 2025 hanya 63.858 unit, artinya menurun sekitar 18 persen dari Januari di tahun lalu yang masih 78.437 unit.

Penurunan minat beli masyarakat terhadap mobil baru di awal tahun dialami semua brand. Misalnya Toyota yang di awal bulan tahun ini hanya menjual 21.553 unit, padahal di bulan yang sama tahun lalu masih 24.686 unit.

Bukan hanya Toyota sebagai pemimpin pasar, Daihatsu juga mengalami hal serupa. Jenama di bawah Astra Grup tersebut hanya bisa menjual produknya ke konsumen sebanyak 11.305 unit dari sebelumnya 16.976 unit.

Penjualan Mobil Baru 2025 Gak Mungkin Satu Juta Unit! Cuma Segini Prediksinya

Menanggapi lesunya minat masyarakat terhadap pembelian mobil baru Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita buka suara. Menurutnya ada berbagai faktor yang membuat penjualan belum stabil di tahun ini.

Menurutnya, dinamika geopolitik saat ini begitu dinamis, termasuk dengan kembali terpilih Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Penjualan Mobil China Kuartal Satu 2025: BYD Belum Bisa Kalahkan Wuling, Chery Kemana?

“Ini harus terus-menerus kita ikuti, tentu akan memengaruhi industri dalam negeri dan pada gilirannya juga akan memengaruhi perekonomian nasional,” ujar Menperin, dikutip dari keterangannya, Jumat 14 Februari 2025.

Selain tantangan global, industri dalam negeri juga mengalami tekanan dari internal. Oleh karena itu, dibutuhkan regulasi-regulasi yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif serta dapat membangun industri nasional yang tangguh dan juga progresif.

“Tentu dengan kondisi market yang sedang lesu ini, kita semua stakeholders termasuk pemerintah perlu mencari terobosan-terobosan agar konsumen kembali bisa atau memiliki minat untuk belanja otomotif,” paparnya.

Menurutnya pemerintah tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi saat ini, dengan telah menjalankan upaya yang strategis seperti penerbitan paket stimulus ekonomi pertama yang tujuannya antara lain untuk menjaga daya beli masyarakat, termasuk mendukung sektor otomotif dan mendukung langkah menuju transisi hijau.

“Alhamdulillah, akhirnya pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif mobil hybrid. Jadi, tentu saya berharap atas kegiatan IIMS tahun ini, akan mampu menggairahkan kembali minat calon konsumen untuk belanja otomotif,” sambungnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya