Hal Ini Bisa Jadi Ancaman Industri Otomotif di 2025, Toyota: Kami Perlu Waspada
- Dok: TAM
Jakarta, VIVA – Menjelang pergantian tahun, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengungkapkan ancaman yang bisa menimpa industri otomotif pada 2025 mendatang.
Bob Azam, Wakil Direktur PT TMMIN menyampaikan badai perekonomian, seperti peningkatan inflasi menjadi salah satu penyebab terbesar yang bisa menganggu industri otomotif.
"Kalau yang akan berdampak ke industri otomotif itu kembali lagi ke stabilitas rupiah. Dengan adanya pemerintahan Trump yang efektif mulai tahun depan, ya mulai mengenakan tarif. Itu kan pasti akan memacu inflasi dan itu akan meningkatkan interest ya pemerintah Amerika Serikat dan pasti akan terjadi capital outflow ke US. Kita juga akan sangat terpengaruh ya," ujarnya dikutip VIVA di Jakarta Selatan.
Bob mengatakan bahwa hal tersebut juga bisa membuat rupiah berada di posisi tertekan.
"Nah ini juga akan mempengaruhi industri di dalam negeri, terutama yang masih menggunakan barang-barang impor. Itu juga harus kami waspadai, pelemahan rupiah ke depannya," katanya.
Ia menambahkan, "Apalagi hampir semua mata uang, currency itu melemah terhadap US Dollar. Nah itu yang kita harus waspadai,"
Kemudian, Bob menuturkan bahwa faktor kedua yang berpotensi menjadi ancaman di industri otomotif pada 2025 adalah melemahnya daya beli konsumen, terutama dengan adanya kebijakan PPN 12 persen.
"Kedua, pelemahan daya beli. Apalagi dengan adanya PPN 12 persen," tuturnya.
Menurutnya, kondisi ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian, terutama bagi masyarakat kelas bawah dan menengah.
"Jadi banyak program-program pemerintah ini untuk membantu masyarakat yang bawah. Sedangkan, yang tengah ini benar-benar tanpa bantuan, padahal ekonomi Indonesia ini masih ada yang sifatnya trickle down, di mana pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat mengalir ke lapisan masyarakat yang lebih rendah," jelasnya.
Ia menekankan bahwa jika daya beli kelas menengah terus melemah, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh mereka sendiri, tetapi juga akan memengaruhi konsumsi dan daya beli masyarakat kelas bawah.
"Hal ini harus kita waspadai. Melemahnya daya beli dan US Currency bisa menjadi ancaman bagi industri otomotif," tutupnya.