Kendaraan Elektrifikasi Kian Populer Berkat Mobil Hybrid
- Dok: Toyota
Washington D.C, VIVA – Tidak hanya di Indonesia, era elektrifikasi semakin berkembang di Amerika Serikat (AS) seiring dengan mobil listrik yang kian populer di Negeri Paman Sam tersebut.
Tercatat pada kuartal ketiga 2024, warga AS lebih banyak membeli kendaraan listrik (EV) dibandingkan tahun sebelumnya di periode yang sama, dikutip VIVA dari laman Insideevs pada Senin, 9 Desember 2024.
Kendati demikian, pangsa pasar EV dalam segmen Light-duty Vehicle (LDV)/kendaraan pengangkut ringan justru menurun dari 7,4 persen pada Q2 menjadi 7 persen di Q3.
Secara keseluruhan, pasar kendaraan elektrifikasi meliputi hybrid, plug-in hybrid (PHEV) dan EV tercatat meningkat berkat lonjakan popularitas PHEV yang mencapai 10,8 persen dari total pasar LDV di AS.
Adapun menurut Administrasi Informasi Energi (EIA), ini merupakan rekor baru.
Rinciannya, Tesla masih mendominasi dengan hampir setengah dari pasar EV (48,8 persen), diikuti oleh General Motors, Hyundai, dan Ford.
Data dari Wards Intelligence yang dikutip EIA juga menunjukkan bahwa 78,9 persen EV yang dibeli di Amerika Serikat pada Q3 diproduksi di Amerika Utara, 7,3 persen berasal dari Korea Selatan, dan 5,3 persen buatan Jerman.
Dominasi EV buatan AS ini merupakan dampak langsung dari Inflation Reduction Act, yang mengubah persyaratan agar EV memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak federal sebesar $7.500 (Rp118 juta).
Sebelumnya, hampir semua EV yang dijual di AS memenuhi syarat untuk insentif ini. Namun, mulai 2024, persyaratannya diperketat.
Kendaraan listrik harus diproduksi di AS dengan komponen baterai dan mineral yang bersumber dari tempat tertentu, misalnya, tidak boleh berasal dari China.
Meskipun begitu, aturan ini tidak berlaku untuk kendaraan yang disewa.
Sebagian besar EV yang dibeli pada Q3 (70,7 persen) adalah model mewah, meskipun angka ini merupakan yang terendah sejak Q2 2017.
Hal ini disebabkan karena Tesla masih dianggap sebagai produsen mobil mewah dan menyumbang hampir setengah dari total penjualan EV.
Selain itu, masih kurangnya EV yang terjangkau di AS membuat harga rata-rata EV baru sebelum insentif pada Q3 mencapai $56.351 (Rp893 juta), atau 16 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Jika dilihat dari jumlah penjualan, lebih banyak EV yang dikirimkan di AS tahun ini dibandingkan 2023.
Diketahui, lebih dari 346.000 EV terjual hingga kuartal ketiga 2024, meningkat 5 persen dibandingkan tahun lalu.
EV menyumbang 8,9 persen dari total mobil baru yang terjual, naik dari 7,8 persen pada 2023.