Biang Kerok Penjualan Mobil Nasional Tak Kunjung Membaik

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Jakarta, VIVA – Industri otomotif di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Situasi ini tercermin dari stagnasi penjualan mobil nasional yang tertahan di angka satu juta unit selama satu dekade atau dikenal sebagai one million trap.

Kunci Industri Otomotif Nasional Hadapi Tantangan di 2025

Kemudian, keputusan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) untuk penurunan target penjualan mobil nasional menjadi 850 ribu unit, yang awalnya 1,1 juta unit semakin menegaskan kondisi industri otomotif yang tidak kunjung membaik.

Kementerian Koordinator Perkonomian pun turut menyoroti adanya permasalahan ini, mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat pertumbuhan, mulai dari daya beli masyarakat yang terbatas hingga tingginya harga mobil beserta pajaknya.

Penjualan Mobil Tahun Depan Bakal Makin Berat

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi

Photo :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Ekko Harjanto, Assisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian menyampaikan ada dua penyebab utama dari kondisi tersebut, yakni harga mobil di Indonesia cenderung tinggi dan pendapatan per kapita yang masih rendah.

Mulai Era Elektrifikasi, Kehadiran Insentif Dongkrak Penjualan Mobil Listrik

"Kita lihat harga mobil di Indonesia tinggi ya, itu antara lain karena akibat kenaikan pajak tentunya. Kemudian adanya ketergantungan pada komponen impor yang bisa berdampak pada fluktuasi nilai tukar rupiah dan biaya logistik," ujarnya dikutip VIVA dalam FGD: "Outlook Otomotif 2024: Mengakhiri One Million Trap, Menyongsong Era Rendah Emisi yang diselenggarakan oleh VIVA.co.id di Jakarta.

Menurutnya, hal itu juga bisa mengurangi keterjangkauan bagi konsumen, terutama kelas menengah bawah yang merupakan mayoritas populasi.

Penyebab kedua, kata Ekko, mengenai pendapatan per kapita nasional yang masih masuk ke dalam kategori menengah ke bawah

"Karena pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2023, itu sekitar antara 4.700 sampai 5.000 USD dan ini masuk kategori menengah ke bawah sehingga sebagian besar pendapatan rumah tangga digunakan untuk kebutuhan pokok ya," jelasnya.

Ia menambahkan, "Dari penghasilannya itu untuk pangan, pendidikan, dan perumahan. Jadi tidak sempat mikir untuk membeli mobil, walaupun keinginan ada ya karena pendapatan per kapitanya memang rata-rata segitu,"

Lebih lanjut, pihak Kementerian Koordinator Perkonomian ini mengungkapkan ada berbagai cara yang bisa dilakukan dari Pemerintah dan para stakeholders terkait untuk meningkatkan laju pertumbuhan industri otomotif di Indonesia.

"Ada dua yang dilakukan yaitu upaya pemulihan dari sisi demand dan upaya pemulihan dari sisi produksi," kata Ekko.

Dari sisi demand tentunya berupaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat, tentunya dengan cara mengontrol inflasi, melakukan kebijakan moneter dan fiskal.

Lalu upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat tentunya relaksasi PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) yang untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau KBLBB.

Kemudian, langkah kedua yakni berupa insentif bagi kendaraan ramah lingkungan dengan cara memperluas insentif bagi kendaraan listrik agar menarik lebih banyak pembeli.

"Paling penting adalah kampanye penggunaan kendaraan lokal dengan cara mendorong program Bangga Buatan Indonesia atau Belanja di Indonesia saja, ya Ini di sektor otomotif untuk meningkatkan preferensi konsumen terhadap produk dalam negeri," terang Ekko.

Selanjutnya, Ekko menuturkan harus ada upaya pemulihan dari sisi produsen.

"Ini yang tidak kalah penting.Tentunya mendorong diversifikasi produk. Kemudian fasilitasi ekspor dan pengurangan beban pajak produsen," tutupnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya