Di Tengah Daya Beli Merosot, Banyak Mobil Kredit Ditarik Leasing
- Dok: TAM
VIVA – Tidak semua orang mampu membeli mobil baru dengan cara tunai, bagi mereka yang memiliki keuangan terbatas biasanya memilih jalan kredit untuk meminang kendaraan roda empat impiannya.
Banyak lembaga pembiayaan yang bekerjasama dengan diler mobil, berbagai program pembelian ditawarkan demi mempermudah konsumen memiliki unit. Mulai dari uang muka ringan, cicilan rendah, dan diskon khusus.
Tapi sayang di tengah menurunya daya beli masyarakat terhadap mobil baru, leasing malah memperketat calon debitur. Sebab, belakangan ini perusahaan pembiayaan dihadapkan dengan meningkatnya kredit macet, atau Non Performing Loan (NPL).
Alhasil dampak dari kredit bermasalah itu membuat leasing lebih hati-hati menerima debitur terutama di kelas menengah ke bawah yang menjadi segmen paling gemuk, di mana sebagai besar pembeli mobil LCGC (Low Cost Green Car).
Senior Executive Vice President Credit & Risk Mandiri Utama Finance, Dapot Sinaga, mengatakan, dampak yang terasa dari lembaga pembaiayan di tengah daya beli menurun adalah meningkatnya kredit macet.
"Dampak yang kami rasakan itu banyak yang harus kami tarik dengan usia kreditnya sudah lama, 12 bulan, 24 bulan, itulah dampak langsung daya beli masyarakat. Sehingga uang dikantong mereka saat ini bukan untuk bayar cicilan, tapi untuk kebutuhan pokok," ujaf Sinaga dalam Forum Group Discussion Viva.co.id di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, dikutip, Kamis 5 Desember 2024.
Sehingga dengan kondisi tersebut, pihaknya perlu menseleksi calon debitur lebih ketat agar tidak terjadi peningkatan NPL. Maka dalam konsisi saat ini, menurutnya perushaan dihadapkan dengan masalah ganda, yaitu penurunan penjualan, dan buruknya kualitas kredit.
"Banyak perusahaan multifinance mereposisi, dalam arti prosesnya. Karena sama saja, mau mobil baru, mobil bekas, motor baru, motor bekas, itu memburuk kreditnya. Jadi kualitas kredit ini masih jadi challenge buat kami," tuturnya.
Dia menjelaskan, kelas menengah ke bawah yang bermasalah pada kredit, mungkin memiliki pendapatan pas-pasan kisaran Rp5-10 juta, di mana 20-30 persen untuk cicilan, padahal uang sisa tersebut sebenarnya sudah terpakai untuk hidup mereka.
"Jadi mobil LCGC itu di MUF boleh dibilang top performance kalau dari sisi penjualan, tapi begitu daya beli berkurang itu juga pertama yang kena dampak. Kita harus jeli memilah dan memilih debitur agar tidak terjadi kredit macet," katanya.
"Padahal permintaannya banyak di diler kaya Agya, Calya, tapi begitu kita seleksi yang keluar sliknya jelek dan biasanya kelas menengah ke bawah, padahal itu dagingnya kita," sambungnya.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, atau Gaikindo, penjualan mobil Januari-Oktober 2024 hanya 730.637 unit, menurun 11,5 persen dibandingkan 2023 dengan periode yang sama, yaitu 825.689 unit.