BYD Kena Semprot Airlangga Hartarto, Siap Cabut Insentifnya Jika Melanggar

Menko Airlangga Hartarto Hadiri Sesi Diskusi di Rapimnas Kadin
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto semprot salah satu bos BYD saat berkunjung ke pameran Gaikindo Jakarta Auto Week, atau GJAW 2024 di ICE, BSD, Tangerang, baru-baru ini.

Tiket Pesawat Domestik Turun 10 Persen pada Nomen Nataru, Airlangga Ungkap untuk Dongkrak Wisata Lokal

Airlangga Hartarto yang turut mengunjungi booth brand mobil China itu bertemu langsung dengan General Manager BYD Asia Pacific Auto Sales Division, Liu Xueliang, dan mempertanyakan terkait janji mereka.

Brand mobil yang bermarkas di Shenzhen itu berjanji akan membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, dan bangun pabrik di Kawasan Industri Subang Smartpolitan , Jawa Barat yang dikelola Suryacipta City of Industri.

Sambangi GJAW 2024, Airlangga Hartarto Senang Populasi EV Makin Banyak

BYD di GJAW 2024

Photo :
  • Arianti Widya

Selain membuat mobil, mereka juga memberikan janji manis kepada pemerintah untuk membuat baterai di dalam negeri, total nilai investasinya mencapai 1,3 miliar dollar, atau setara Rp20 triliunan dengan kapasitas produksi 50 ribu unit per tahun.

Pesan Presiden Prabowo untuk Kadin Indonesia

Nilai investasi, dan kapasitas produksi itu pernah disampaikan Luhut Binsar Pandjaitan saat perkenalan pertama kali BYD di Indonesia pada Januari 2024.

Kini disebut-sebut nilai investasi untuk pabriknya saja setara Rp16 triliunan yang berdiri di atas lahan 108 hektar.

Adapun sebelum bangun pabrik, dan mendirikan sejumlah fasilitas yang mereka janjikan kepada pemerintah, BYD lebih dulu jualan di pasar dalam negeri dengan impor utuh keempat produknya, yaitu Dolphin, Atto 3, Seal, dan M6.

Setelah berjalan hampir satu tahun menikmati kelonggaran dari negara, Airlangga Hartarto secara tegas mempertanyakan kepada pihak BYD terkait janji mereka bangun pabrik di dalam negeri, sebab sesuai perjanjian harus ekspor bukan hanya jualan di dalam negeri.

“Jangan hanya untuk dalam negeri, tapi juga harus ekspor. Kalau tidak ekspor status special ecomonic zones untuk BYD saya cabut nih,” ujarnya kepada petinggi BYD tersebut dihadapan wartawan di ICE BSD, Tangerang, dikutip, Senin 2 November 2024.

Seperti diketahui, BYD menjadi brand pertama di Indonesia yang menikmati insentif CBU (Completely Built Up) berupa bebas bea masuk, dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) ditanggung pemerintah.

Tidak heran meski 4 model mereka saat ini masih berstatus impor, tapi harga jualnya bisa bersaing di pasar, terutama dengan mobil listrik buatan lokal, misalnya Hyundai Ioniq 5, Kona Electric, Chery Omoda E5, Wuling Cloud EV.

Menanggapi pernyataan mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut, Liu Xueliang menyebut bahwa pabrik BYD selesai dibangun akir 2025, dan bisa langsung produksi sesuai dengan perjanjiannya kepada pemerintah.

“Akhir tahun depan, pabrik akan selesai. Jadi bisa langsung segera beroperasi di Indonesia. Yang pasti kita menjadikan Indonesia sebagai salah satu yang paling besar di global,” katanya.

Pemerintah memberikan insentif CBU kepada BYD selama 2 tahun, artinya pada 2026 pabrik mereka harus siap beroperasi. Nantinya kapasitas produksinya disesuaikan dengan jumlah unit yang di impor selama ini.

Jika unit yang diproduksi lokal jumlahnya lebih sedikit dari kuota impor mereka, BYD akan mendapatkan sanksi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya