Strategi Toyota di Tengah Melemahnya Pasar Otomotif Indonesia

Toyota Fortuner E100
Sumber :
  • TMMIN

Jakarta, VIVA – Penjualan mobil di dalam negeri diprediksi mengalami penurunan seiring dengan permasalahan kenaikan harga kendaraan roda empat dan melemahnya daya beli masyarakat.

Toyota Tanggapi Soal Mobil Listrik Bakal Bebas PPnBM

Melihat hal ini, Bob Azam selaku Wakil Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengungkapkan strategi yang bisa dilakukan untuk mendorong peningkatan penjualan mobil nasional, salah satunya dengan pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar campuran di kendaraan.

Cara tersebut bisa diandalkan karena pengolahan bioetanol menggunakan bahan baku, yang berasal dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu, tebu, gandum, hingga sorgum.

Mobil Buatan Indonesia Semakin Tenar di Luar Negeri

"Kita punya banyak sumber energi yang bisa dikonversi seperti bioetanol, biosolar dan hidrogen. Kita punya banyak biomass yang bisa dirubah jadi hidrogen, ini harus dikembangkan ke depan," ujarnya dikutip VIVA di Karawang, beberapa waktu lalu.

Toyota Fortuner Flexy Fuel di GIIAS 2023

Photo :
  • Arianti Widya
Terpopuler: Land Cruiser Murah di Indonesia, Mobil Terbang 1.000 Km

Menurutnya, hal ini pun bisa mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat dan merangsang daya beli kendaraan.

"Kita ingin otomotif jadi positif cycle, ketika otomotif naik, konsumsi bahan bakar seperti bioetanol naik, jadi petani tebu, jagung dan lain income-nya naik, itu positif cycle kalau sawit juga bisa, petani tebu dan lainnya juga bisa," tegas Bob.

Untuk diketahui, Toyota sendiri sudah mulai memproduksi beberapa kendaraan dengan bahan bakar ethanol bahkan sudah mengekspornya ke beberapa negara, yakni Fortuner E100 dan Innova Zenix Hybrid Flexy Fuel Vehicle.

Sebagai informasi, Negara lain seperti Brazil juga sudah sukses dalam pengembangan Bioethanol. Indonesia sendiri dengan sumber daya yang melimpah juga memiliki potensi untuk bisa berkembang.

"Pemerintahan baru harus bisa bawa optimisme, sektor energi bisa bawa optimis baru. Sepanjang tahun 2002-2012 pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, income (pemasukan) besar, yang menggerakan bisa naik karena sektor sawit, ada 5 juta petani. Kalau bisa diulang di bioetanol income per kapita bisa naik 2-3 kali lipat, Brazil dari US$ 7.500 income jadi US$ 12 ribu," tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya