Toyota Klaim Innova Zenix Hybrid Bioetanol Punya Banyak Kelebihan
- VIVA/Yunisa Herawati
Karawang, VIVA – Beberapa waktu lalu, Toyota Indonesia secara resmi memperkenalkan Kijang Innova Zenix Hybrid Flex Fuex Vehicle (FFV), kendaraan ini diklaim mampu mengurangi emisi yang lebih efisien.
Mobil ini menggabungkan motor listrik dengan mesin pembakaran dalam yang dapat menggunakan bahan bakar etanol. Adapun, kendaraan ini memakai campuran etanol sebanyak 85 persen.
Kemudian, sumber etanol tersebut berasal dari berbagai tanaman seperti tebu, jagung, sorgum, singkong, dan bahan-bahan sejenis lainnya yang dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokal.
Bob Azam selaku Vice President Director Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengatakan bahwa pihaknya saat ini juga memiliki fokus terhadap pengembangan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, seperti bioetanol.
"Kita melihat bahan bakar bioetanol ini memiliki potensi yang cukup besar sekali kedepannya, karena sumber pembuatan bahan bakar ini cukup melimpah, seperti jagung, singkong, tebu," ujarnya dikutip VIVA di Karawang, Jawa Barat.
Bob pun menyampaikan bahwa mobil dengan campuran bahan bakar bioetanol lebih rendah emisi.
"Pengurangan emisinya lebih rendah 60 persen dibandingkan varian ICE (Internal Combustion Engine). Tetapi efisiensinya karena RON lebih besar, lebih berat 20 persen," tuturnya.
Lebih lanjut, kehadiran dari Kijang Innova Zenix Hybrid FFV ini ditujukan sebagai bentuk komitmen Toyota untuk mendukung Pemerintah dalam menuju Net Zero Emission 2060 mendatang.
"Pemerintah memiliki rencana mengembangkan energi terbarukan. Kami ingin menunjukkan bahwa produk kami sudah siap untuk menggunakan bahan bakar bioetanol," katanya.
Kendati demikian, Toyota memahami bahwa Pemerintah saat ini memang masih mendorong pertumbuhan kendaraan listrik (EV) di pasar Indonesia dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bioetanol untuk menuju lingkungan yang berkelanjutan.
"Kita tidak anti mobil listrik, kita akan mengembangkannya juga. Mungkin 50 persen dari modelnya Lexus itu bakal listrik. Tapi untuk yang digunakan masyarakat luas, kita akan menyesuaikan dengan ketersediaan energi di negaranya masing-masing," tutupnya.