Luhut Binsar Pandjaitan Sebut Pertamina Siapkan BBM Pengganti Bensin

[dok. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan]
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Beragam cara dilakukan pemerintah demi menekan pemakaian bahan bakar minyak, atau BBM, salah satunya menggencarkan penggunaan kendaraan listrik dengan memberikan insentif, atau keringanan.

Strategi Toyota di Tengah Melemahnya Pasar Otomotif Indonesia

Selain itu, pemerintah melalui Pertamina juga mencampurkan sari tumbuh-tumbuhan dengan minyak fosil sebagai bahan baku BBM yang disebut bioetanol, diawali dari bio solar, dan Pertamax Green 95.

Nozzle Pertamax Green 95 di SPBU.

Photo :
  • Dok. Pertamina Patra Niaga.
Pertamina Patra Niaga Gandeng PT Sojitz Indonesia Kurangi Emisi Karbon dengan HVO

Tujuan dari bahan bakar yang mencampurkan senyawa dari kelapa sawit, atau sari tumbuhan itu selain menekan emisi, dan sulfur, juga meringankan beban negara dalam impor minyak fosil yang masih dilakukan.

Pertamax Green 95 menjadi terobosan baru Pertamina untuk bioetanol jenis bensin yang dirilis pada tahun lalu. Sebelumnya bahan bakar yang menggunakan sari tebu tersebut hanya dijual di beberapa SPBU di Jakarta, dan Surabaya.

Teknologi Olah Minyak Jelantah Jadi Avtur Sudah Siap, Pertamina Beberkan Kendalanya

Tapi saat ini jumlah SPBU yang menawarkan bahan bakar baru tersebut sudah mulai banyak, dan bukan hanya milik Pertamina dengan kode angka depan 31, namun mulai dijual oleh SPBU milik perorangan dengan kode 34.

Bukan hanya Pertamax Green 95, ke depan Pertamina sedang mempersiapkan bioetanol terbaru, dan perlahan bensin murni akan dihapus. Rencana itu dibocorkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.

“Kita kan sekarang berencana mau mendorong segera biotenaol masuk  menggantikan bensin supaya polusi udara bisa dikurangi cepat karena sulfurnya sudah sampai 500 ppm,” ujar Luhut, dikutip dari Instagram pribadinya, Kamis 11 Juli 2024.

Luhut berharap jika nantinya BBM jenis bensin yang beredar di pasar memiliki kandungan sulfur lebih rendah, sehingga menjadi lebih ramah lingkungan dibandingkan bensin yang terbuat dari minyak fosil.

“Kita mau sulfur 50 ppm lah, sekarang lagi proses dikerjakan Pertamina. Kalau semua bisa berjalan baik, saya kira kita bisa menghemat lagi, dan pemberian subsidi yang tidak pada tempatnya,” tuturnya.

Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, BBM subsidi seperti Pertalite akan dinaikkan dari RON 90 ke RON 92, karena aturan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan) oktan number yang boleh dijual minimum 91.

Lebih lanjut Nicke menjelaskan, melalui program langit biru tahap kedua, tahun depan hanya ada 3 produk untuk mesin bensin kendaraan bermotor. Yaitu Pertamax Green 95, Pertamax Turbo (RON 98), dan Pertamax Green 92.

Artinya hanya Pertamax Turbo yang masih murni menggunakan bahan baku dari minyak fosil, dan dua produk lainnya sudah mencampurkan etanol, atau sari tumbuhan dengan kadar yang berbeda-beda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya