50 Persen Pembeli Mobil Listrik Kecewa dan Berniat Kembali ke Mobil Bensin, Ini Alasannya

Pengisian baterai mobil listrik di SPKLU
Sumber :
  • VIVA/Yunisa Herawati

Jakarta, 24 Juni 2024 –  Saat ini masyarakat ditawari banyak pilihan mobil listrik dari berbagai merek, dan juga harga yang bersaing. Namun, kenyataannya banyak pembeli mobil listrik yang kecewa dan berpikir kembali ke mobil konvensional atau internal combustion engine (ICE).

Genjot Inovasi Bagi Konsumen, Unilever Indonesia Fokus 3 Hal Ini

Dikutip VIVA Otomotif dari Carscoop, hal tersebut terungkap dari hasil survey yang dilakukan McKinsey & Co. Di mana, 46% pemilik kendaraan listrik di AS atau hampir 50% kemungkinan akan memilih kendaraan ICE untuk pembelian selanjutnya.

Survei sendiri melibatkan lebih dari 30.000 peserta dan dilakukan di 15 negara yang mewakili lebih dari 80% volume penjualan mobil listrik secara global. Hasil survei juga menunjukkan, 29 persen pemilik kendaraan listrik di seluruh dunia cenderung beralih kembali ke ICE untuk kendaraan mereka berikutnya. 

Survei Populi Center: Raih 57,8 Persen, Elektabilitas Ahmad Luthfi-Taj Yasin Ungguli Andika-Hendar

Tesla Model Y

Photo :
  • Dok: Tesla

Setidaknya ada 3 penyebab konsumen kecewa membeli mobil listrik. Pertama adalah kondisi infrastruktur pengisian daya publik yang kurang memadai.

Mobil Listrik VinFast VF 5 Mulai Masuk Garasi Konsumen

Di Amerika, persentase pemilik kendaraan listrik yang ingin kembali ke ICE meningkat menjadi 46%. Mereka mengaku kecewa oleh lambatnya peluncuran program infrastruktur kendaraan listrik nasional oleh Departemen Energi AS. 

Di negara lain juga menghadapi tantangan yang sama. Hanya 9% dari total peserta studi yang puas dengan perluasan jaringan pengisian daya publik di wilayah mereka.

Pabrik produksi mobil listrik BYD di Changzhou

Photo :
  • Doc. BYD Motor Indonesia

Lalu yang kedua adalah besarnya  biaya kepemilikan, dan kebutuhan untuk menemukan mobil yang lebih cocok untuk perjalanan jarak jauh.  Di AS dan Uni Eropa, pemerintahnya juga memberlakukan tarif impor yang lebih tinggi untuk mobil listrik yang diproduksi di China, sehingga membuat harganya menjadi lebih mahal. 

Yang ketiga atau yang terakhir adalah ekspektasi masyarakat terhadap jangkauan minimum mobil listrik telah meningkat dari 270 mil (435 kilometer) pada 2022 menjadi 291,4 mil (469 kilometer) pada 2024. Maka itu, jarak tempuh menjadi salah satu pertimbangan pembeli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya