Toyota Gak Sejalan dengan Moeldoko, Ini yang Bikin Mobil Hybrid Perlu Insentif

Booth Toyota di IIMS 2024
Sumber :
  • TAM

Jakarta – Toyota menilai mobil hybrid menjadi salah satu alternatif untuk membantu menekan emisi karbon, sebelum menggunakan kendaraan listrik murni, namun tidak sejalan dengan Kepala Staf Presiden, Moeldoko.

Toyota Akui Bukan Perkara Mudah Hadirkan Mobil LCGC Hybrid

Moeldoko yang menjabat Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), menganggap hybrid menghasilkan emisi, dan pakai bahan bakar, berbeda dengan BEV (battery electric vehicle).

VIVA Otomotif: Booth Toyota di GIIAS 2023

Photo :
  • Dok: TAM
Citroen Soroti Ketimpangan Insentif Mobil Hybrid dan Listrik

Sehingga Purn Panglima TNI itu menyebut kurang tepat jika pemerintah terburu-buru memberikan insentif untuk mobil hybrid, bahkan jika itu dilakukan dikhawatirkan menghambat pertumbuhan mobil listrik murni.

Sementara PT Toyota Astra Motor (TAM), sebagai produsen raksasa di Indonesia punya pandangan lain, mobil hybrid perlu diberikan insentif agar harganya bisa lebih terjangkau, dan bisa digunakan masyarakat luas.  

Terpopuler: Risiko Mobil Listrik di Kapal, Beratnya Penjualan Kendaraan Tahun Depan

Selain itu, tidak ada rasa khawatir menggunakan mobil dengan dua sumber tenaga tersebut dalam kondisi infrastruktur yang terbatas. Ditambah, daya listik rumah perlu besar untuk pengisian mobil pelahap seterum.  

Marketing Direktur PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy menilai, bahwa peran pemerintah sangat diperlukan untuk mempercepat pengurangan emisi karbon, salah satunya insentif mobil hybrid agar harganya terjangkau.

“Adanya support stakeholder seperti insentif adalah salah satu cara untuk mempercepat peralihan teknologi tersebut, sehingga harga kendaraan menjadi lebih terjangkau,” kata Anton kepada Viva Otomotif, Jumat 10 Mei 2024.

Menurutnya jika bisa lebih terjangkau, seperti yang diterapkan di Thailand, akan semakin banyak masyarakat yang menyumbang, dan berkontribusi menurunkan emisi, atau mengurangi penggunaan BBM, karena mobil hybrid cendrung irit.

“Kami juga merasa insentif untuk hybrid tidak akan mempengaruhi model BEV (battery electric vehicle) karena masing masing teknologi memiliki karakter konsumen yang berbeda,” sambung Anton. 

Menurutnya ada banyak alternatif untuk menuju netralitas karbon yang ditargetkan pemerintah sampai 2060, dan Toyota menyediakan beragam pilihan mulai dari HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), BEV, hingga hidrogen.

“Opsi yang sangat beragam ini membuka kesempatan bagi lebih banyak masyarakat dengan beragam kebutuhan mobilitasnya untuk ikut berkontribusi mengurangi emisi karbon lewat penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan,” kata Anton.

Seperti diketahui, pengguna mobil hybrid tidak perlu khawatir dalam kondisi infrastruktur charging station yang terbatas. Sedangkan mobil listrik tidak semuanya bisa melakukan pengisian di rumah, karena butuh daya besar.

Saat ini pemerintah hanya memberikan insentif untuk mobil listrik murni, baik dalam kondisi CBU (Completely Built Up), dan sudah dirakit lokal. Bahkan secara harga BEV lebih murah dari mobil hybrid yang ada.

Mobil hybrid paling terjangkau MG VS HEV dilego Rp389 juta, urutan kedua Yaris Cross HEV Rp440,600 juta. Sedangkan mobil listrik harganya mulai Rp189 juta yaitu Air ev Lite, Rp200 jutaan Seres E1, Air ev, dan Neta V-II.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya