BYD Minta Maaf Konsumen di Indonesia Belum Terima Unit, Ini Biang Keroknya
- VIVA.co.id/Arianti Widya
Jakarta – Mobil listrik BYD Dolphin, Atto 3, dan Seal bisa dipesan konsumen sejak Februari 2024, tapi sampai saat ini belum ada yang menerima unitnya. Ketiga mobil listrik tersebut diketahui statusnya impor utuh dari China.
Sebelumnya Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao sempat berjanji bahwa konsumen yang sudah melakukan pemesanan sejak awal akan menerima unit sebelum kuartal pertama tahun ini.
Namun yang waktu yang dijanjikan sudah melewati batas waktunya, atas keterlambatan pengiriman unit jenama asal China tersebut meminta maaf, melalui Head of Marketing PT BYD Motor Indonesia, Luther T. Pandjaitan.
“Kami ingin menyatakan kesempatan baik ini untuk menyampaikan minta maaf bila terjadi keterlambatan, mungkin pada beberapa customer khususnya yang awal,” ujar Luther di Cibubur, Jakarta, Sabtu 27 April 2024.
Menurutnya perusahaan tidak memprediksi bahwa unit yang dijanjikan akan dikirim secepatnya, ternyata tertunda, sehingga pihaknya telah memperbaiki sejumlah proses pendistribusian unit ke jaringan diler.
“Kami ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk menunggu. Komitmen kami Juni (pengiriman pertama) setidaknya kami sudah mulai lakukan pengiriman, dan mohon bersabar,” tuturnya.
Biang kerok mobil listrik BYD inden lama
Luther menyebut ada dua prosedur sebelum mobil tiba di Indonesia, yaitu secara internal dan eksternal yang tidak bisa dipisahkan. Dua hal ini menjadi salah satu faktor kendaraan bisa tiba cepat, lama, atau batal.
Salah satu prosedur internal yang bisa dikontrol, adalah proses produksi di China, yang menurutnya tidak ada masalah, begitupun terkait pengiriman unit secara global diklaim tetap stabil.
“Ketiga, proses legalisasi sekadar info seluruh uji tipe, pendaftaran kendaraan kita sudah selesaikan, sampai proses STNK di beberapa kendaraan batch pertama untuk keperluan promosi,” katanya.
Tapi di luar prediksi, meski semua berjalan normal hanya Indonesia yang waktu tunggunya terlalu lama, karena menurut Luther, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapur, dan Thailand tidak mengalami hal serupa.
Artinya di atas kertas brand yang bermarkas di Shenzen itu sudah melengkapi keperluan dokumen-dokumen tersebut, namun ada suatu masalah, yaitu jumlah pemesanan mobil listrik BYD lebih dari prediksi sebelumnya.
“Sehingga banyak faktor-faktor eksternal yang harus kami selesaikan secara waktu yang sangat singkat, kami juga tidak tinggal diam untuk proses menyelesaikan satu-satu, menyangkut proses itu,” sambungnya.