Presiden Jokowi Berkunjung ke Pabrik Mobil Listrik Vinfast
- Dok: Vinfast
Hanoi, 15 Januari 2024 – Dalam pertemuan bilateral pada 12 Januari lalu, Indonesia dan Vietnam sepakat mempererat hubungan melalui sejumlah poin penting, dengan fokus utama pada pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai.
Presiden Joko Widodo dan Presiden Vo Van Thuong dari Vietnam membahas peningkatan target perdagangan bilateral hingga US$15 miliar pada 2028, disusul kerja sama perikanan dan pertanian, serta teknologi informasi dan komunikasi. Namun, yang menjadi sorotan adalah komitmen kedua negara untuk mendorong industri hijau.
VinFast, produsen otomotif asal Vietnam, menyatakan ketertarikan untuk berinvestasi sebesar US$1,2 miliar guna membangun pabrik baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.
Presiden Jokowi yang menyempatkan diri untuk berkunjung ke pabrik mereka, menyambut baik rencana ini dan menjamin kemudahan serta perlindungan bagi investor asing.
Untuk menarik perusahaan seperti VinFast, pemerintah Indonesia menawarkan insentif pajak dan bea masuk, baik selama uji pasar maupun proses produksi. Skema Completely Knock Down (CKD) dan Incompletely Knock Down (IKD) juga tersedia, dengan fasilitas tarif nol persen dan syarat kandungan lokal yang menguntungkan.
"Kerja sama ini bukan hanya untuk kepentingan ekonomi, tapi juga untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita yang ikut mendampingi Presiden Jokowi, dikutip VIVA Otomotif melalui keterangan resmi.
Menperin menambahkan, kolaborasi Indonesia dengan Vietnam diharapkan dapat memajukan industri mobil listrik dan baterai di kawasan regional.
Selain mobil listrik, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang transisi energi. Diharapkan, kedua negara dapat saling belajar dan berbagi pengalaman dalam mengembangkan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Kesepakatan bilateral Indonesia-Vietnam ini dinilai sebagai langkah strategis dalam menghadapi perubahan iklim global.
Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian kedua negara, diharapkan Asia Tenggara dapat menjadi pemain terdepan dalam pengembangan teknologi dan industri ramah lingkungan di masa depan.