Hanya Ada 8 Negara yang Bisa Produksi Kendaraan Elektrifikasi
- Dok: TAM
Jakarta, 12 Januari 2024 – Kendaraan bermotor berbahan bakar fosil telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat modern. Namun, penggunaannya juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan seperti polusi udara dan perubahan iklim.
Oleh karena itu, kendaraan elektrifikasi menjadi salah satu solusi yang diupayakan untuk mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor berbahan bakar fosil.
Kendaraan jenis ini menggunakan energi listrik sebagai sumber tenaganya, yang dapat berasal dari baterai, sel bahan bakar atau gabungan keduanya.
Penerapannya tidak harus selalu mandiri, namun juga bisa disandingkan bersama dengan mesin konvensional. Tujuannya yakni sebagai jembatan peralihan, ke kendaraan bermotor listrik berbasis baterai yang sampai saat ini masih dianggap kurang efektif oleh beberapa orang.
Ada satu hal menarik yang diutarakan oleh Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam saat berbicara tentang kendaraan elektrifikasi. Menurutnya, perubahan dari teknologi konvensional ke elektrifikasi membuat jumlah negara produsen kendaraan menjadi lebih sedikit.
“Waktu yang (kendaraan) konvensional itu ada sekitar 20-30 negara yang bisa (memproduksi). Tapi kalau elektrifikasi cuma delapan negara yang bisa membuat mobil listrik,” ujarnya saat ditemui VIVA Otomotif di Jakarta.
Hal itu bisa terjadi, kata Bob karena tidak semua negara memiliki sumber daya yang bisa digunakan untuk menjalankan proses produksi kendaraan elektrifikasi. Salah satu contohnya, yakni ketersediaan semikonduktor.
“Kendaraan elektrifikasi itu butuh komponen khusus, yang penyediaannya masih terbatas. Misalnya semikonduktor, dan juga magnetic steel, itu tidak semua negara bisa membuatnya,” tuturnya.
Berbekal Indonesia sebagai salah satu negara yang punya kemampuan untuk memproduksi kendaraan elektrifikasi, Bob yakin TMMIN pada tahun ini bisa mengekspor mobil listrik dengan jumlah dua kali lipat dari tahun lalu.
“Kalau tahun lalu 10 ribu unit, tahun ini kami punya target 20 ribu unit. Semua negara butuh kendaraan yang lebih efisien dan lebih rendah emisinya. Permintaan sebenarnya sudah tinggi, tetapi kemampuan kami masih terbatas,” ungkapnya.