Harga Semikonduktor Mobil Naik 200 Kali Lipat
- Motorbeam
VIVA Otomotif – Dua tahun lalu penjualan kendaraan bermotor mengalami penurunan yang signifikan, akibat terkena dampak dari wabah pandemi yang melanda dunia.
Ketika perekonomian global sudah mulai membaik dan daya beli masyarakat perlahan pulih, pabrikan otomotif harus menghadapi masalah lain yang tidak kalah besar, yakni kelangkaan komponen semikonduktor.
Material itu digunakan untuk mengoperasikan semua perangkat elektronik, termasuk yang dipasang di mobil serta sepeda motor. Dampak dari masalah itu, yakni proses produksi mengalami gangguan sehingga konsumen harus inden.
Waktu tunggunya terbilang lama, mulai dari 3-6 bulan tergantung tipe dan perangkat canggih apa saja yang disematkan pada kendaraan tersebut.
Untuk mengatasi hal itu agar ke depannya tidak lagi mengganggu industri otomotif nasional, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian berencana mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor.
“Pembangunan ini sejalan dengan target Making Indonesia 4.0. Kami kerahkan kemampuan bangsa, dari ahli elektronik hingga mikroelektronik,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Taufiek Bawazier melalui keterangan resmi, dikutip Jumat 9 Desember 2022.
Taufiek mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada 1986 silam. Bahkan, mampu melakukan ekspor dalam bentuk chip semikonduktor yang nilainya mencapai Rp135 juta pada masa itu.
“Oleh karenanya, upaya membangun kembali industri semikonduktor di era kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini menjadi peluang yang sangat besar,” tuturnya.
Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia, Prihantanto Agung menuturkan bahwa krisis semikonduktor sangat berpengaruh pada sektor otomotif di Indonesia. Sebab, harganya naik hingga 200 kali lipat.
“Harga semikonduktor yang semula sekitar US$0,1, melonjak berkali lipat hingga menyentuh US$9 hingga US$25. Terpaksa kami beli, kalau tidak industri mobil bisa mati,” ungkapnya.