Toyota Gagal Memenuhi Target Produksi karena Masalah Ini
- Pixabay
VIVA – Belum lama ini Toyota Motor Corporation mengalami kegagalan, terkait target produksi kendaraan secara global pada bulan lalu. Hal itu dikarenakan perusahaan asal Jepang ini telah dilanda kekurangan chip semikonduktor untuk kebutuhan produksi mobilnya.
Oleh karena itu, mereka terpaksa untuk memangkas produksi global pada bulan Juni 2022 mendatang. Diketahui, keputusan ini sudah ditetapkan oleh perusahaan dan akan berpengaruh terhadap jumlah produksinya dalam setahun penuh.
Dikutip VIVA Otomotif dari Reuters, Senin 30 Mei 2022, selain mengalami masalah kekurangan komponen. Mereka juga mengungkapkan bahwa akibat lockdown yang terjadi di China juga mengganggu produktivitas.
Alasannya, negara tersebut menjadi salah satu penyumbang penjualan terbesar mobil Toyota. Adapun data yang menunjukkan pengurangan dari perusahaan yang dinilai dengan mobil sejuta umat ini mulai dari China, Eropa, dan Amerika Serikat.
Kini, mereka diharapkan untuk memproduksi setidaknya 50 ribu unit kendaraan pada bulan depan mendatang, dengan total sekitar 800 ribu unit karena lockdown di Shanghai. Sebelumnya, perusahaan yang didirikan tahun 1937 itu memperkirakan produksinya akan berkurang 100 ribu unit lantaran kekurangan chip semikonduktor.
Mereka memberitahu bahwa ada kemungkinan besar dapat menurunkan rencana produksi setahun penuh sebesar 9,7 juta kendaraan. Hal itu diperkuat dengan beberapa masalah yang tengah di alami oleh perusahaan.
“Sangat sulit untuk memperkirakan situasi pasokan suku cadang saat ini karena penguncian yang sedang berlangsung di Shanghai," ungkap salah satu orang internal perusahaan.
Selain itu, mereka juga memberitahu bahwa ada beberapa model unggulan yang terdampak karena masalah ini. Adapun modelnya mulai dari Corolla, RAV4, Prius dan 4Runner yang akan terkena dampak penangguhan produksi.
Sebagai tambahan informasi, kekurangan suku cadang tengah dialami yang menjadi hambatan bagi banyak pembuat mobil, baik dari Jepang maupun negara lain. Apalagi mengingat pasar Cina merupakan pasar mobil terbesar di dunia terpaksa harus lockdown dan terjadi implikasi untuk penawaran dan permintaan.