Pabrik Toyota Jepang Masih Dilanda Krisis Semikonduktor
- Paultan
VIVA – Toyota tengah menghadapi gangguan terkait produksi kendaraannya. Pada pabrik yang berada di Jepang, perusahaan mengalami penurunan produksi sebesar 5,4 persen dari tahun sebelumnya menjadi 2.760.843 unit.
Dikutip VIVA Otomotif dari JapanToday, Kamis 28 April 2022, penurunan angka tersebut dikarenakan gangguan rantai pasokan di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda. Maksud dari rantai tersebut ialah semikonduktor, sebagai otak dari kendaraan khususnya mobil.
Selain itu, produksinya kali ini juga terhambat dengan adanya penutupan pabrik suku cadang di Asia Tenggara. Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan Toyota gagal untuk mencapai target produksi sebesar tiga juta unit kendaraan pada tahun ini.
Meski begitu, perusahaan yang didirikan pada tahun 1937 itu mengatakan tetap mempertahankan target tersebut untuk melindungi para pekerja lokal agar tidak menganggur. Perusahaan berusaha keras supaya hal tersebut tidak benar-benar terjadi.
Lantas, bagaimana dengan konsumen? Akibat dari gangguan tersebut para konsumen terpaksa harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan kendaraan dari pengiriman dealer resmi perusahaan.
Namun, secara global Toyota tetap menjadi mobil yang diminati oleh pelanggan setianya. Maka tak heran, perusahaan yang memiliki julukan mobil sejuta umat ini mencatat penjual mobil sebesar 9.511.558 unit kendaraan.
Angka tersebut naik menjadi 4,7 persen ke level tertinggi, meski domestiknya sedang mengalami penurunan. Berdasarkan wilayah beberapa negara di Amerika Utara dan Asia masing-masing naik 2,7 persen dan 5,4 persen.
Sedikit informasi, ternyata tidak hanya Toyota saja yang mengalami penurunan. Adapun tujuh produsen mobil besar Jepang lainnya yang mengalami hal sama seperti Honda Motor Co dan Mitsubishi Motors Corp.
Kedua perusahaan tersebut merilis data produksi untuk tahun ini. Untuk Mitsubishi mengalami penurunan 6,8 persen dari tahun sebelumnya. Kendalanya masih sama dengan Toyota karena pasokan semikonduktor.
Sementara itu, Honda mengalami penurunan 7,7 persen dari tahun lalu. Bahkan salah satu pejabat perusahaan mengatakan tahun ini menjadi yang terendah dalam produksinya.