Penjualan Mobil di China Rontok Banyak, Inikah Biang Masalahnya?

Pabrik Mobil Audi di China.
Sumber :
  • Autonews.

VIVA – Meski pandemi perlahan mulai reda, namun penjualan mobil di China masih belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik. Bahkan, selama November 2021, penjualan roda empat di negara tersebut turun 9,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pembalap Dypo Fitra Kibarkan Merah Putih di Final TCR Asia Cup 2024

Menurut data dari Asosiasi Produsen Otomotif China (CAAM), disitat VIVA Otomotif dari Antara, Minggu 12 Desember 2021, penurunan bulanan tersebut merupakan yang ketujuh secara berturut-turut. Sementara pemicunya juga masih sama, yakni krisis chip semikonduktor yang mengganggu jalannya produksi.

Juru bicara CAAM, Chen Shihua mengatakan, kekurangan chip semikonduktor masih akan terus menekan penjualan kendaraan di China selama Desember 2021. Meski demikian, dia berharap penjualannya bisa lebih stabil lantaran ekonomi negara yang mulai membaik.

Mobil Kotak Kembali Menjadi Tren, tapi...

Pabrik Mobil Audi di China.

Photo :
  • Autonews.

Menariknya, meski secara keseluruhan penjualan mobil di China menurun. Namun, pasar kendaraan listrik di Negeri Tirai Bambu tersebut mulai bertumbuh.

Perang Bintang AS dan China

Bahkan, selama November 2021, penjualan kendaraan listrik bertenaga baterai (EV), mobil hibrida plug-in (PHEV) dan kendaraan sel bahan bakar hidrogen tumbuh 121 persen menjadi 450 ribu unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Penerimaan konsumen terhadap kendaraan energi baru terus meningkat. Pasar telah bergeser dari ‘didorong oleh kebijakan pemerintah’ menjadi ‘didorong oleh permintaan’," ujar Chen.

Krisis Chip Semikonduktor Masih Berlangsung Lama

Chief Executive Officer atau CEO Daimler AG, Ola Kallenius menduga, industri otomotif bisa menghadapi kelangkaan chip semikonduktor hingga akhir 2022 atau awal 2023. Hal tersebut tentu menjadi tantangan berat untuk pabrikan roda empat di seluruh dunia.

"Beberapa pemasok chip telah mengacu pada masalah struktural dengan permintaan. Ini bisa mempengaruhi 2022 dan (situasi) mungkin mulai lebih santai pada 2023," kata Kallenius, dikutip dari Reuters.

Diketahui, belakangan, kendaraan memang makin bergantung pada chip untuk berbagai hal; mulai dari manajemen komputer mesin untuk penghematan bahan bakar yang lebih baik, hingga fitur bantuan pengemudi seperti pengereman darurat.

Bukan hanya itu, krisis tersebut makin diperparah usai para pembuat mobil berlomba-lomba memproduksi kendaraan dengan fitur super canggih, sehingga membutuhkan lebih banyak chip.

Sebagai solusi, sejumlah pabrikan menjual mobil baru dengan beberapa fitur yang dihilangkan, terutama berkaitan dengan semikonduktor.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya