Mobil Listrik Bisa Sukses di Indonesia Pakai Cara Ini

Mobil VW Listrik
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Sama seperti industri lainnya, otomotif juga selalu dinamis dan terus berubah mengikuti tren serta pasar. Saat ini, arahnya menuju elektrifikasi kendaraan.

Produk Lokal Ini Bisa Atasi Ancaman Bahaya Kebakaran Baterai di Kendaraan Listrik

Mengubah sumber energi kendaraan dari minyak bumi menjadi listrik diklaim sangat perlu, supaya bisa menurunkan polusi udara serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang terbuat dari fosil.

Meski pengembangan mobil listrik sudah dilakukan sejak lama, namun di Indonesia baru dimulai pada 2019 usai terbitnya Peraturan Presiden nomor 55 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

RI Ekspor Bahan Baku Baterai EV ke Pabrik Tesla Bulan Ini, Bahlil Dorong Selanjutnya Katoda

Mobil listrik Lexus UX 300e.

Photo :
  • dok. Lexus Indonesia

Peta jalan sudah disusun, bahkan pemerintah juga telah mengeluarkan aturan baru soal besaran pajak barang mewah atau PPnBM yang besarannya ditentukan berdasarkan kapasitas mesin, jenis energi serta emisi gas buang.

Mau Beli Mobil Second yang Aman? Simak Tips & Trik Agar Tidak Tertipu

Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 2019 yang kemudian direvisi pada PP nomor 74 tahun 2021, akan mulai berlaku pada 16 Oktober besok.

Dalam aturan itu, battery electric vehicle atau BEV dibebaskan dari PPnBM, sementara kendaraan hybrid dikenakan pajak yang besarannya lebih kecil dari kendaraan bermesin konvensional.

Butuh Transisi Alami

Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Shodiq Wicaksono mengatakan bahwa Indonesia memang butuh BEV tapi ada beberapa hal yang membuat hal itu tidak bisa diterapkan dalam waktu singkat.

“Harga BEV masih mahal, yakni Rp600 jutaan. Sementara, daya beli masyarakat untuk mobil masih di bawah Rp300 juta,” ujarnya dalam webinar Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi yang digelar Forum Wartawan Industri, dikutip VIVA Otomotif Jumat 15 Oktober 2021.

Selain itu, kata Shodiq, infrastruktur pengecasan baterai masih sangat terbatas. Masyarakat Indonesia juga belum terbiasa dengan adanya perubahan yang cukup besar saat menggunakan mobil berteknologi canggih itu.

Itu sebabnya, menurut Shodiq perlu ada transisi sebelum BEV jadi produk favorit masyarakat. Peralihan itu membutuhkan waktu, sama seperti saat kehadiran transmisi otomatis.

“Pengalihan teknologi kendaraan berbasis motor ke kendaraan listrik, sebaiknya berjalan secara alami. Tingkat permintaan pasar yang tepat sangat penting, untuk mencapai skala ekonomi,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya