Jualan Mobil Komersial Listrik Dianggap Lebih Mudah
- Dok: DFSK
VIVA – Beberapa tahun lagi sebagian dari mobil dan motor yang melintas sudah menggunakan teknologi listrik. Saat ini pun, sejumlah pabrikan otomotif Tanah Air sudah memperkenalkan kendaraan mereka dengan memakai energi setrum sebagai penggeraknya itu
Hal ini tentu sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Salah satu produsen yang memasarkan mobil dengan teknologi canggih itu adalah PT Sokonindo Automobile.
Sebagai agen pemegang merek DFSK di Indonesia, mereka menghadirkan Gelora E di ajang IIMS 2021. Berbeda dengan merek lain, mobil itu dirancang tidak hanya untuk membawa penumpang saja, namun juga bisa dipakai sebagai angkutan barang.
Ternyata ada alasan pabrikan tersebut memilih menjual kendaraan komersial ketimbang mobil penumpang berpenggerak listrik ke dalam negeri. Hal itu diungkapkan Direktur Penjualan dan Pemasaran PT Sokonindo Automobile, Rifin Tanuwijaya.
"Kalau komersial, kami gampang investasi infrastrukturnya," kata Rifin di JIExpo, Kemayoran, Jakarta seperti dikutip VIVA Otomotif, Sabtu 24 April 2021.
Dia mencontohkan, apabila ada perusahaan yang tertarik menggunakan DFSK Gelora E sebagai mobil operasional maka pihaknya bisa membangun pengisian baterai di instansi tersebut. Atau juga bisa dibangun di lokasi yang aktif melakukan kegiatan operasional.
"Kalau mereka biasa beroperasi di Jakarta Selatan misalnya, nah bisa kami pasang di sana. Ini akan lebih mudah investasi infrastrukturnya ketimbang saat kami jual mobil penumpang terlebih dahulu," jelas dia.
Sebagai informasi, Gelora E adalah kendaraan listrik yang dirancang khusus untuk penggunaan bisnis. Jarak tempuhnya bisa mencapai 300 kilometer dalam satu kali cas, dan proses pengisian baterai hanya memakan waktu 1,5 jam saja.
Jika ingin dicas memakai tegangan listrik rumah, maka daya yang dibutuhkan khusus untuk pengisian saja yakni 16 Ampere. Gelora E versi blind van ditawarkan dengan banderol Rp480-490 juta, sementara varian minibus Rp510-520 juta.