Mendag Ingin Innova dan Xpander Dipasarkan di Australia
- Dok: MMKSI
VIVA – Industri otomotif Australia tidak lagi cemerlang seperti zaman dahulu, banyak produsen yang memutuskan untuk menyudahi produksi di negara tersebut.
Alasannya sederhana, daya saing produk buatan mereka kalah saing dengan unit yang didatangkan dari negara lain. Selain itu, ekspor juga sulit untuk dilakukan karena biaya produksinya tidak bisa bersaing akibat tingginya upah di negara tersebut.
Namun, kondisi tersebut justru menguntungkan bagi Indonesia. Adanya perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement, membuat produk otomotif Indonesia bisa dikirim ke Negeri Kanguru dan meningkatkan pemasukan negara.
Hal itu dikatakan oleh Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi saat menghadiri acara Trade Outlook 2021 yang digelar Kemendag melalui kanal YouTube.
“Indonesia-Australia CEPA bisa dimanfaatkan untuk menggenjot orang Australia agar menggunakan Toyota Innova dan Mitsubishi Xpander buatan kita,” ujarnya, dikutip VIVA Otomotif Jumat 29 Januari 2021.
Meski demikian, Mendag mengaku bahwa saat ini hal itu belum bisa dilakukan. Salah satu penyebabnya, yakni karena adanya perbedaan standar antara kedua negara.
“Tapi ternyata, kita belum siap karena ada beberapa hal yang penting. Salah satunya itu, karena mobil-mobil yang diekspor merupakan standar kita, jadi tingkat enviromental tidak seperti di Australia,” tuturnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, jumlah kendaraan buatan dalam negeri yang dikapalkan ke berbagai negara pada tahun lalu adalah 232 ribuan unit.
Jumlah itu turun 30 persen dari tahun sebelumnya, akibat adanya pandemi yang melanda banyak negara di dunia. Sementara itu, jumlah unit terurai yang diekspor pada 2020 yakni 53 ribuan unit, turun 60 persen dari 2019 yang tercatat 133 ribuan unit.