Fakta Ini Mematahkan Isu Negatif soal Mobil Listrik
- viva.co.id/ Pius Mali
VIVA – Masih banyak orang Indonesia yang memiliki stigma negatif tentang mobil listrik. Hal itu sebenarnya tidak mengherankan, karena semua teknologi memerlukan waktu untuk bisa diterima di pasar.
Apalagi, masyarakat di Tanah Air sudah nyaman dengan kendaraan yang memakai bensin selama puluhan tahun. Cukup mampir ke SPBU, maka kurang dari 10 menit tangki bensin sudah kembali penuh dan siap melanjutkan perjalanan.
Namun nyatanya, sebagian besar kendaraan pribadi yang ada di perkotaan menghabiskan waktu lebih banyak untuk menempuh perjalanan jarak dekat saja. Hal itu diungkapkan oleh Head of Extenal and Government Affairs PT Nissan Motor Indonesia, Coki Panjaitan.
“Kurang lebih 70 persen pengguna mobil saat ini menggunakan kendaraannya hanya sejauh 50 kilometer per hari,” ujarnya di Jakarta, dikutip VIVA Otomotif Senin 7 Desember 2020.
Sementara, daya jangkau mobil listrik yang dipasarkan saat ini sudah mencapai ratusan kilometer, apabila baterai dalam kondisi penuh.
“Kalau Nissan Leaf itu jarak tempuhnya sekitar 320 km. Jadi, baru dicas ulang setelah 5-6 hari dipakai,” tuturnya.
Jika melihat data tersebut, maka mobil listrik juga dapat dipakai untuk menuju luar kota tanpa perlu mengisi ulang daya baterai di kota tujuan. Syaratnya, jarak kota tersebut maksimal 150 kilometer, seperti Jakarta ke Bandung.
Coki juga menjelaskan, bahwa dari survei yang mereka lakukan, saat ini sudah ada 41 persen orang Indonesia yang tertarik untuk memiliki mobil listrik.
Hal lain yang membuat kendaraan canggih itu mudah untuk digunakan, yakni proses pengisian baterai yang sudah jauh lebih cepat.
“Kendaraan Electric Vehicle untuk fast charging 50 ribu kilo Watt hours bisa penuh dalam 30-40 menit. Diberikan juga charging portable yang bisa dipakai di rumah, hanya memerlukan waktu 10 jam untuk pengisian baterai,” jelasnya.