Ada Sisi Negatif Angkot Zaman Dulu yang Enggak Banyak Diketahui
- VIVA/Dani
VIVA – Sebelum ada jasa transportasi online, angkutan perkotaan atau angkot menjadi andalan sehari-hari masyarakat untuk beraktivitas. Mulai dari berangkat ke sekolah, hingga menuju tempat kerja.
Kaum kelas bawah juga memanfaatkan kendaraan ini menuju pasar dan tempat mereka berjualan. Tak jarang, ada yang menyewa khusus untuk membawa barang dagangan seperti sayuran pada dini hari.
Sama seperti kendaraan lain, angkot juga butuh peremajaan. Karena setiap hari digunakan berkeliling, maka kondisinya menurun lebih cepat dari mobil pribadi. Otomatis, biaya perawatan juga lebih tinggi.
Ketua DPP Organda Korwil II Shafruhan Sinungan mengatakan bahwa bodi yang digunakan pada angkot adalah hasil rakitan karoseri.
Baca juga: Tragisnya Nasib Bus kopaja Tua di Jakarta
Menurutnya, hal itu memiliki sisi negatif, yakni ketika kendaraan akan dijual kembali maka harganya akan turun banyak. Oleh sebab itu, pihaknya ingin agar angkot zaman sekarang memakai model yang asli dari pabrikan.
“Boleh pakai merek apa saja. Tapi saya sampaikan, kalau bisa pilih yang punya pabrikan, bukan hasil modifikasi karoseri lagi. Resale value buatan karoseri itu ambruk, karena kualitasnya beda. Contoh, mobil bekas angkot itu hanya laku Rp10 juta,” ujarnya kepada VIVA Otomotif, Rabu 14 Oktober 2020.
Shafruhan membandingkan angkot dengan taksi, yakni dalam hal harga jual kembali. Menurutnya, mobil eks taksi masih bisa laku 60 persen dari harga saat pertama dibeli.
“Kemarin yang ramai di Depok itu, Wuling buat angkot itu hasil rombakan karoseri. Kalau dirombak begitu, nilainya langsung hilang,” tuturnya.