Dahsyatnya Industri Otomotif China
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA – Pada zaman dulu, kiblat otomotif dunia mengarah ke Amerika Serikat, terutama Kota Detroit yang menjadi pusat dari banyak perusahaan pembuat kendaraan. Namun pada era 70-an, Jepang mulai unjuk gigi dan sukses menaklukkan pasar dunia dengan produknya yang terjangkau dan canggih.
Kini, jadi menjadi sorotan bukan lagi dua negara tersebut, melainkan China. Sama seperti warganya yang tersebar di banyak wilayah, negara yang saat ini dipimpin oleh Xi Jinping itu gencar melakukan ekspansi industri otomotif mereka ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Stigma negatif pernah melekat pada produk otomotif China yang dipasarkan di Indonesia. Namun, hal itu tidak membuat mereka menyerah. Hadir dengan konsep baru dan membawa dana investasi puluhan triliun rupiah, mobil China sukses masuk dalam daftar 10 besar kendaraan terlaris di Tanah Air.
Kesuksesan China di pasar otomotif Indonesia tidak lepas dari kiprah di negara mereka sendiri. Sejak 2008, jumlah unit kendaraan yang diproduksi di Negeri Tirai Bambu menjadi yang paling banyak di dunia, mengalahkan kombinasi Amerika dan Jepang.
Ketua Komite Tetap Bidang Investasi Kamar Dagang dan Industri, Tjoe K Sugiharto mengatakan, sebagian besar hasil produksi kendaraan di China dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri rakyatnya. Sisanya diekspor ke berbagai negara, salah satu contohnya bus BYD yang sedang diuji coba oleh PT Bakrie Autoparts dan PT TransJakarta.
“Kebutuhan domestik mobil sangat besar, dan mereka berusaha mencukupi kebutuhan itu dari dalam negeri. China memiliki daya juang dan sumber pembiayaan yg sangat besar. Pabrikan mobil yang ada, semuanya sangat besar, karena pemerintahnya sangat mendukung,” ujarnya saat dihubungi VIVA Otomotif.
Sementara itu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus menjelaskan bahwa kunci sukses China dalam bidang manufaktur kendaraan yakni mereka menawarkan berbagai macam kualitas.
“Mulai dari KW 1 hingga KW tak terhingga mereka produksi, tergantung kebutuhan pasar dan negara yang menjadi pasar. Tidak ada satu negara pun di dunia ini, yang mampu mengalahkan kedahsyatan industri China,” ungkapnya.