Negara Asalnya Setop Jualan, Mobil Ini Masih Laku di Indonesia
- VIVA.co.id/Yunisa Herawati
VIVA – Nama Civic menjadi salah satu legenda di dunia otomotif. Kendaraan jenis sedan buatan Honda itu sudah ada sejak era 70-an, dan masuk dalam daftar mobil mewah di Indonesia.
Namun sejak kehadiran kendaraan jenis multi purpose vehicle dan sport utility vehicle, penjualan sedan Honda di beberapa negara mengalami penurunan. Bahkan di negara asalnya, yakni Jepang, produksi Civic sempat dihentikan pada 2010.
Tujuh tahun kemudian, Honda Jepang kembali menghadirkan Civic. Modelnya sangat berbeda dari generasi sebelumnya, jauh lebih sporty dan maskulin. Tak lama kemudian, model yang sama juga diluncurkan di Indonesia.
Meski pasar sedan di Tanah Air cenderung sepi, namun PT Honda Porspect Motor sebagai agen pemegang merek mengaku bahwa permintaan terhadap Civic setiap bulannya masih ada di angka ratusan unit.
Baca Juga: Mobil Honda Ini Laku Banget di Indonesia
“Sebelum pandemi, di Indonesia penjualan Civic sedan empat pintu 80-100 unit, hatchback 100-120 unit. Jadi, Civic sebulan total masih 200 unit,” ujar Business Innovation and Marketing & Sales Director HPM, Yusak Billy saat konferensi pers virtual, dikutip VIVA Otomotif Jumat 10 Juli 2020.
Sayangnya, Honda Jepang tidak seberuntung itu dalam memikat hati konsumennya. Dikutip dari Rushlane, total penjualan Civic di Jepang pada tahun fiskal 2019-2020 sebesar 1.619 unit atau sekitar 135 unit per bulan.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu HPM menghadirkan New Honda Civic Hatchback RS. Dijual Rp499 juta on the road Jakarta, mobil ini tersedia dalam lima pilihan warna. Yakni, Brilliant Sporty Blue Metallic, Modern Steel Metallic, Rallye Red, Crystal Black Pearl, dan Platinum White Pearl.
Yang terbaru dari Civic Hatchback RS yaitu penambahan aero kit pada bumper depan, bumper belakang dan side garnish di sisi samping. Desain pelek dua warna berukuran 17 inci yang dipasang, juga diubah.
Billy mengatakan, kini HPM tidak lagi menyediakan varian E dan S pada Civic Hatchback. Alasannya, karena ada pergeseran pasar konsumen di Indonesia.
