Penjualan Mobil Drop 90 Persen
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Daya beli masyarakat menurun drastis, saat wabah virus corona merebak di Indonesia. Masyarakat lebih banyak mengalokasikan dana mereka, ke hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.
Adanya pembatasan sosial berskala besar, juga membuat sebagian pelaku usaha kebingungan. Nyaris tidak ada pemasukan yang didapat, sementara pengeluaran tetap mengalir.
Baca juga: Honda Kasih Bocoran Mobil Baru di Indonesia
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, Yohannes Nangoi mengatakan bahwa terjadi penurunan yang luar bisa pada penjualan kendaraan bermotor. Angkanya sangat mengagetkan.
“Mobil bukan merupakan kebutuhan primer, bahkan sekunder. Terdapat penurunan yang luar biasa besarnya, akibat COVID-19. Kalau kami lihat di April wholesales turun 90 persen dibandingkan normal,” ujarnya saat acara diskusi yang diadakan Marketeers, dikutip Sabtu 16 Mei 2020.
Menurut Nangoi, ini adalah penjualan terendah dalam puluhan tahun terakhir. Ia berasumsi, penjualan akan mulai membaik pada Juni dan Agustus mendatang.
Sementara itu, angka pengiriman kendaraan ke luar negeri mengalami peningkatan. Meski demikian, Nangoi menjelaskan bahwa hal itu bukan karena kondisi negara tujuan sudah mulai membaik.
“Kami lihat, ekspor tumbuh 9.2 persen dari 70,779 unit di Maret 2019. Tapi, itu hasil dari timbunan pesanan, sehingga kami memprediksi turun 50 persen. Padahal, kami diminta ekspor 350-400 ribu unit tahun ini, dan sekarang paling tinggi kami prediksi cuma 200 ribu unit,” tuturnya.
Untuk bisa memulihkan kondisi tersebut, kata Nangoi, ada satu cara yang bisa dilakukan pasca pandemi berakhir. Namun, hal itu membutuhkan kerja sama dengan pemerintah daerah.
“Kami sudah mengirim surat ke gubernur seluruh Indonesia, agar pajak kendaraan bermotor direlaksasi, turun sebesar 30-50 persen dari yang sekarang. Kedua, impor ekspor direlaksasi, karena sampai saat ini banyak sekali masalahnya,” jelasnya.